Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
SUKA atau tidak, kaum disabiltas masih kerap terpinggirkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal tidak sedikit dari mereka yang juga punya kemampuan sama dengan orang normal.
Berangkat dari situlah Titik Winarti, seorang pemilik usaha kecil menengah (UKM) yang bergerak di bidang kerajinan tangan sejak tahun 1995, dengan nama Tiara Handicraft mencoba memberdayakan mereka. Memang prosesnya tidak berlangsung serta merta.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Penyandang Disabilitas Tulungagung
Titik memaparkan, seiring permintaan pasar yang saat itu terus bertambah, ia harus merekrut orang. Namun siapa sangka, saat pertama kali merekrut orang pada 1997, ia justru memilih kaum disabilitas.
"Tapi saya jujur, awalnya juga merasa ragu, orang ini bisa atau enggak gitu lho Mas," ucap Titik kepada jurnalis MG News pada Kamis (15/4).
Hingga suatu saat, Titik menerima pesanan gaun dengan hiasan payet yang harus selesai dalam waktu satu minggu. Titik pun memberikan pekerjaan tersebut kepada seorang disabilitas yang hanya memiliki satu tangan. Hasilnya, pekerjaan tersebut bisa terselesaikan dalam waktu lima hari saja.
Berbekal rasa penasaran yang cukup tinggi, Titik pun meminta pegawainya tersebut untuk melakukan pekerjaan lain di bawah pengawasannya langsung. Ternyata hasilnya pun memuaskan.
"Jadi, saat anak perempuan bertangan satu itu bekerja Mas, dia ternyata sambil melantunkan sholawat. Saat itu saya merasa disadarkan oleh Allah untuk tidak meremehkan kaum disabilitas," imbuh Titik.
Sejak saat itulah, produksi kerajinan tangan di Tiara Handicraft, seluruhnya dilakukan oleh kaum disabilitas. Menurut Titik, kaum disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan orang lain untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup layak.
Selama memberdayakan mereka dari 1997 hingga saat ini, sudah ada total 820 difabel yang pernah bekerja di Tiara handicraft. Selama bekerja di tempatnya, Titik menjamin kehidupan mereka, mulai dari tempat untuk tidur, makan, hingga upah yang layak.
"Dan semua yang keluar dari sini mas, rata-rata mereka sudah memiliki kemampuan yang cukup dan memilih untuk bikin usaha sendiri di kampung halaman," pungkas Titik. (A-1)
KOMISI Nasional Disabilitas (KND) mengapresiasi program Safari Wukuf dalam penyelenggaraan haji tahun 2025. Program ini dinilai sebagai contoh praktik baik.
Dari total 17,9 juta penyandang disabilitas hanya 2,8%-nya yang mampu menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Hal ini diungkapkan Ketua YLKI Niti Emiliana dalam keterangannya dalam upaya mendorong DKI Jakarta kota yang ramah bagi konsumen disabilitas.
Pembatalan dilakukan karena belum adanya jaminan dari pemerintah terkait kepastian penyelenggaraan.
Talkshow tersebut menyoroti peran penting keuangan digital dalam meningkatkan kemandirian ekonomi penyandang disabilitas.
BERAGAM pertimbangan pribadi serta masukan dari pihak luar untuk merampungkan persoalan Kapolri terpilih Komjen Budi Gunawan dianggap sudah cukup oleh Presiden Joko Widodo
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved