SETIAP negara tentu menggelorakan infrastruktur sebagai langkah pemerataan pembangunan antara satu daerah dengan daerah lain. Utamanya, akses jalan yang semakin hari semakin dikembangkan dengan tujuan peningkatan efisiensi pelayanan jasa distribusi sebagai upaya menunjang pertumbuhan ekonomi.
Salah satu yang dalam fokus pemerintah Indonesia saat ini yaitu proyek pembangunan tol Trans-Sumatra. Tol ini memanjang dari Aceh hingga ke Lampung yang melintasi sejumlah provinsi dan beberapa kabupaten/kota di sepanjang Pulau Sumatra. Tidak tanggung, berdasar catatan Hutama Karya, sebagai penerima amanat dari Presiden untuk membangun dan mengembangkan jalan Tol Trans-Sumatra, tol ini akan memiliki 24 ruas jalan berbeda yang secara keseluruhan mencapai 2.704 kilometer.
Yang lebih menakjubkan, tol tersebut rencananya selesai pengerjaan dan bakal beroperasi pada 2024. Proyek ini sangat luar biasa karena pembangunannya pun tidak mudah. Apalagi karakter geografis lahan dan kondisi alam yang akan dilewati tol ini berbeda-beda. Tengok saja Lampung yang didominasi dengan bukit dan pegunungan atau Sumatra Selatan terdiri dari lahan rawa. Belum lagi, tol itu akan melintasi area perkebunan, tanah mineral, dan hutan. Semua teknis dan mekanisme pengerjaan pasti tidak sama.
Menariknya, di sepanjang Aceh dan Lampung memiliki keberagaman fauna dan flora yang hidup dan tumbuh berkembang. Tak menjadi rahasia, ada sejumlah ruas yang berpapasan dengan habitat fauna atau hewan. Sebut saja di ruas Tol Pekanbaru-Dumai ada habitat gajah sumatra yang hidup dan terbiasa melintas di antara lokasi proyek tol tersebut.
Untuk itu, Hutama Karya membangun jalan khusus untuk kawanan gajah agar tetap nyaman dan bisa melintas di area tol dengan aman tanpa mengganggu atau membuat kekhawatiran bagi pengguna jalan. Jalan khusus ini hampir serupa dengan akses jalan di Belgia yang membuat jalan khusus bagi hewan atau seperti jalan layang di Colorado dan underpass hewan di Australia. Di ruas tol Pekanbaru-Dumai terdapat lima underpass perlintasan gajah.
Nanti di tol Betung-Tempino-Jambi juga akan memiliki konsep perlindungan dan kepedulian atas hewan dilindungi, salah satunya harimau sumatra. Tol Betung-Tempino-Jambi akan memiliki panjang sekitar 169 kilometer. Menariknya, dalam pengerjaan tol itu akan melintasi kawasan Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku di Kabupaten Musi Banyuasin. Di kabupaten ini, ada banyak harimau sumatra yang masih hidup bebas di habitatnya.
Hewan buas ini dikenal memiliki wilayah jelajah yang sangat luas. Karenanya lintasan jelajahnya akan tetap sama. "Habitat harimau sumatra di Muba masih sangat alami. Apalagi Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku ada sebagian di wilayah Muba. Itu menjadi bagian dari ekosistem dan habitatnya," ucap Dodi Reza Alex Noerdin, Bupati Musi Banyuasin, Sabtu (20/3).
Dodi menilai pembangunan tol di wilayahnya merupakan hal yang penting demi memeratakan perekonomian daerah sekaligus membentuk konektivitas dengan daerah ataupun provinsi lain di Pulau Sumatra. Tapi bukan berarti dengan pembangunan tol akan membuat ekosistem dan habitat fauna asli di Musi Banyuasin akan terganggu. Karena itu, perlu ada perencanaan matang dari penanggungjawab proyek, yakni Hutama Karya.
Strategi yang diharapkan yakni sama seperti di tol Pekanbaru-Dumai dengan menyediakan perlintasan khusus hewan dilindungi. "Tujuannya agar habitat satwa liar yang dilindungi tetap terjaga. Harus ada perlintasan khusus hewan dilindungi, termasuk harimau sumatra," terang dia.
Dari hasil koordinasi dengan berbagai stakeholders, Dodi menegaskan akan ada terowongan khusus perlintasan harimau sumatra di sepanjang tol Betung-Tempino-Jambi. "Terowongan ini sangat penting. Jadi yang perlu ditegaskan yakni bukan hanya dikhususkan untuk harimau, melainkan hewan lain juga. Di kawasan Taman Nasional Sembilang dan Suaka Margasatwa Dangku ada sangat banyak satwa liar," terang Dodi.
Sebagai pemerintah, Dodi memastikan pihaknya tidak akan lepas tangan dalam rencana dan pelaksanaan pembangunan tol ini. Bersama Hutama Karya, pihaknya akan tetap memastikan bahwa satwa liar dan dilindungi yang berada di Muba tetap tidak terganggu habitatnya. "Sebab jika mereka (satwa liar) terganggu akan berdampak besar bagi kita dan masyarakat. Pembangunan tetap diutamakan serta pelestarian alam tetap harus diperhatikan dan tidak dikesampingkan," ucapnya.
Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Sumatra Selatan Ujang Wisnu Bharata mengatakan, Sumatra Selatan memiliki habitat harimau sumatra yang kondisinya saat ini sudah terancam punah. Bahkan berdasar data, ada tujuh habitat harimau sumatra di TN Sembilang dan tiga di Meranti Dangku. "Pembangunan jalan memang sangat penting dalam hal pelayanan publik, tetapi pihak pembangun ataupun pemerintah harus mengutamakan dan memprioritaskan ruang gerak habitat di Sumsel. Untuk tol tetap harus memiliki koridor khusus, apalagi jalan tol ruas Betung-Jambi nanti melintasi TN Sembilang dan Dangku. Di sana kantong habitat Harimau Sumatra," ucap Ujang.
Diakuinya, harimau sumatra merupakan ikon nasional dan top predator, sehingga sangat penting keberadaannya untuk mengendalikan ekosistem. "Itu harus menjadi prioritas untuk tetap terakomodasi terbagi ruang untuk pembangunan jalan tol itu. Sebab di lokasi tersebut (TN Sembilang dan Dangku) merupakan perlintasan dan ruang jelajah harimau yang biasanya aktif di malam hari," ucapnya.
Ujang menjelaskan, kawasan TN Sembilang dan Dangku rencananya diusulkan menjadi kawasan ekosistem esensial sehingga tidak mengubah fungsi kawasan. "Namun kalau memang akan dibangun tol, tentu dokumen penyerta seperti amdal dan sebagainya sudah ada. Biodiversity di kawasan tersebut harus tetap terjaga. Kepentingan pelayanan publik dan pelayanan konservasi tetap harus diseimbangkan," terangnya.
Sementara itu, Manajer Proyek Hutama Karya Sumsel Hasan Turcahyo mengatakan Tol Trans-Sumatra bukan hanya fokus untuk mengonektivitaskan tiap provinsi di Pulau Sumatra, tapi juga tetap menjaga kelestarian konservasi sumber daya alam yang ada di sepanjang titik yang menjadi ruas jalan tol. Terbukti di ruas jalan tol Pekanbaru-Dumai sudah dibangun jalan khusus untuk perlintasan gajah yang dibuat di bawah bangunan jalan tol. Hal serupa juga akan dilakukan untuk ruas tol Betung-Tempino-Jambi. Hutama Karya akan membangun jalan khusus perlintasan harimau sumatra dan satwa dilindungi lain.
"Nanti di sepanjang jalan tol Betung-Tempino-Jambi akan melintasi Suaka Marga Satwa Dangku dan Taman Nasional Sembilang. Di sini ada banyak habitat harimau sumatra dan satwa dilindungi lain. Harimau melintas di antara dua kawasan tersebut," kata dia. Karena itu, pihaknya sudah mendesain khusus jalan perlintasan harimau sumatra dan satwa dilindungi lain di KM 65 yang masuk kawasan Sumsel, tepatnya di Kecamatan Tungkal Jaya.
Ada satu titik yang sudah terdeteksi oleh dinas lingkungan hidup setempat mengenai perlintasan harimau tersebut. "Harimaunya sudah diberikan chip (oleh dinas lingkungan hidup setempat) dan sudah dimonitor satelit. Di KM 65 ini akan dibangun jalan khusus berupa terowongan khusus perlintasan mereka (harimau dan satwa lain)," kata dia.
Selama proses pembangunan jalan tol itu, pihak Hutama Karya akan melakukan pengerjaan pembangunan pada siang hari. Hal itu karena biasanya harimau menjelajah pada malam hari. "Kami menyesuaikan jadwalnya. Yang jelas pengerjaan siang hari sehingga para pekerja tol dan pembangunan jalan tol tidak mengganggu para harimau dan satwa liar di kawasan tersebut," kata dia.
Pengerjaan jalan tol saat ini dalam tahap persiapan lahan. "Dari semula rencananya sepanjang 190 kilometer, kini sudah mantap dengan panjang 169 kilometer. Kami akan mulai melakukan pembangunan jalan tol setelah lahan selesai. Target kami tetap sama, 2024 sudah selesai dan dapat beroperasi," ujarnya.
Hasan mengatakan dalam pengerjaan tol Trans-Sumatra bisa dibilang ramah dengan konservasi sumber daya alam dan satwa dilindungi lain. "Jadi memang pada prinsipnya, kami tetap kejar target pembangunan jalan tol agar bisa mengonektivitaskan tiap daerah di Pulau Sumatra, tapi tetap tidak mengganggu habitat satwa dilindungi yang berada di sekitarnya," pungkasnya. (OL-14)