Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kedai Kopi di Yogyakarta Beradaptasi pada Masa PPKM

Ardi Teristi Hardi
17/2/2021 06:38
Kedai Kopi di Yogyakarta Beradaptasi pada Masa PPKM
Kedai kopi Our Coffee di Yogyakarta sempat mengalami penurunan omzet hingga 40%.(MI/Ardi Teristi Hardi)

HARI beranjak sore, sekira pukul 16.00 WIB. Beberapa anak muda, Selasa (16/2), tampak berdatangan ke kedai kopi yang berada di tengah-tengah antara Kampus Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta.

Saat pandemi Covid-19, suasana kedai kopi di Jogja memang tidak seramai biasanya, bahkan ada pula yang tutup. Kedai kopi yang ada pun berusaha bertahan dan beradaptasi dengan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diterapkan oleh pemerintah.

Pengelola Our Coffee yang berada di Timur Lembah UGM, Kecamatan Depok, Sleman, Pakdhe Centrumz menceritakan, omzet kafenya sempat turun drastis pada masa pandemi. 

"Omzet kami sempat turun sampai 40 persen," terang Pakdhe Centrumz kepada mediaindonesia.com, Selasa (16/2).

Walau sempat turun, kata dia, bisnis kedai kopi tidak akan mati selama si empunya benar-benar memiliki minat (passion) terhadap kopi. Jika bisnis kafe hanya dibangun atas dasar ikut-ikutan, terjangan pendemi Covid-19 akan terasa sangat berat.

"Saya menjadi penikmat kopi sudah sejak lama dan memang berniat membuat kopi dan kedai kopi yang punya differensiasi dan spesialisasi," terang dia. 

Sebelum membuka kedai kopi, ia telah banyak melihat dan mempelajari kedai-kedai kopi yang ada. Menurut dia, umumnya kedai kopi yang ada memiliki jarak, antara pemilik, barista, pelanggan, tamu, hingga musisi penghibur. Jarak itu yang coba dihilangkan ketika ia hendak membuat kafe.

"Makanya, saat membuat kedai kopi, kita ingin tidak ada kasta di depan secangkir kopi. Jadi di depan secangkir kopi kita itu sama saja penikmat kopi, tidak ada beda kasta." ungkap Pakdhe Centrumz.

Dengan berbekal passion itu, Pakdhe Centrumz bekerja sama dengan Lurah Caturtunggal, Depok, Sleman, Agus Santoso membuat kedai kopi pada 2017. Kedai kopi tersebut diberi nama Our Coffee. Selain konsep menikmati kopi tentang tanpa sekat, kedai kopinya menyajikan kopi secara khusus, seperti Bali, Toraja, Solok, Temanggung, dan Bondowoso.

"Kami mengusung kopi organik, secangkir kopi sehat yang dibuat dari biji kopi asli tanpa gula," kata dia.

Dengan konsep kedai kopi dan rasa kopi yang disajikan, Pakdhe Centrumz yakin kedai kopinya dapat terus bertahan di tengah pandemi. Buktinya sampai sekarang, penikmat kopi di kedai kopinya tidak pernah habis dan terus berdatangan walau PPKM.

"Untuk saat pandemi ini, yang penting kita melaksanakan protokol kesehatan," terang dia. 

baca juga: Manfaatkan Jasa Influencer dan Publik Figur di Era Digital 

Saat ini menjadi tantangannya adalah menyesuaikan kebiasaan minum kopi di kedai kopi pada malam hingga dinihari dengan aturan PPKM. Bagi Yudha Wibisono, saat pandemi, dirinya tetap menikmati kopi di kedai kopi. Menurut pecinta kopi tubruk ini, suasana minum kopi di kedai kopi tidak bisa digantikan minum kopi di rumah ataupun di tempat kerja.

"Saya menikmati minum kopi di kedai kopi yang tidak terlalu bising dan mempunyai kopi yang spesial," terang sutradara film dan iklan ini. 

Rasa kopi tersebut akan berubah jika tidak langsung diminum di kedai kopi, atau diminum di rumah. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya