Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Gedung SDN Rusak, Siswa dan Guru Terancam Komodo

John Lewar
09/2/2021 17:56
Gedung SDN Rusak, Siswa dan Guru Terancam Komodo
Kondisi gedung sekolah SDN di Desa Komodo Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat, NTT, sangat memprihatinkan.(MI/John Lewar.)

SIAPA tak kenal keunikan Pulau Komodo? Saat ini pulau tersebut kian tersohor hingga ke mancanegara karena keberadaan binatang purba komodo dan sejumlah keindahan alam lain.

Saking tenarnya pemerintah terkesan lupa untuk memperhatikan gedung sekolah dasar negeri (SDN) di pulau itu yang kondisinya rusak parah. Tiga ruangan kelas dalam kondisi rusak parah. Hal tersebut membuat komodo dengan leluasa masuk menyerobot ke dalam kelas. Kerusakan tiga ruangan itu makin parah akibat dihantam angin kencang.

Selain itu, terbatasnya jumlah ruangan membuat murid kelas dua harus bersekolah di halaman. Salah satu ruangan kelasnya pun terpaksa disekat agar bisa menjadi dua ruangan kelas.

Kepala Desa Komodo Haji Aksan mengatakan dikhawatirkan komodo bisa masuk menerkam murid dan guru jika kondisi sekolah itu tak di perbaiki. Untung saja, kata Aksan, di tengah pandemi covid-19, keterbatasan ruangan kelas tak terlalu terasa karena siswa tidak mesti masuk setiap hari secara bersamaan.

Kepala SDN Komodo Batiang dikonfirmasi mengaku pihaknya selama ini telah melaporkan berkali-kali ke tingkat kabupaten maupun pejabat pusat yang datang ke desa komodo. "Terkait kondisi sekolah kami, sampai sekarang belum diperbaiki, belum ada bantuan dari pemerintah," kata Batiang, Selasa (9/2).

Sebelumnya dia menuturkan, sekolah itu dibangun pada 1978 dan pernah direhab pada 2013. "Kondisi yang rusak parah saat ini ada tiga ruangan kelas dalam satu gedung, yaitu kelas satu, kelas empat, dan kelas lima B," kata Batiang.

Sekolah itu, kata dia, masih kekurangan ruangan kelas. Akibatnya, sebelum ada pandemi covid-19, murid-murid kelas dua harus belajar di luar ruangan.

"Jumlah total ruangan di sekolah kami ada sembilan. Jumlah rombongan belajar sebanyak 11. Jadi masih kurang 2 ruangan. Selama ini kami buat sekat salah satu ruangan kelas sehingga bisa menjadi 10 ruangan tetapi masih kurang satu. Satu rombongan belajar itu terpaksa sekolah di luar ruangan, yaitu kelas dua karena tidak ada lagi ruangan," kata Batiang.

Dia menambahkan, untuk ruangan guru mereka bergabung menggunakan ruangan perpustakaan. "Kendala lain yang kami alami yaitu belum ada WC di sekolah. Murid kalau hendak buang air harus pulang ke rumah walaupun masih jam pelajaran. Beruntung rumah-rumah mereka relatif dekat dengan sekolah," kata Batiang.

Pihaknya selama ini selalu memberi laporan tentang kondisi sekolah kepada pemerintah. "Usulan sudah sering, bahkan ada laporan rutin bulanan," kata Batiang. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya