Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
RIBUAN pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tinkat Pertama (SLTP) se- Kota Cimahi, Jawa Barat terancam tidak naik kelas pada tahun ajaran 2020/2021. Pasalnya, banyak pelajar yang bermasalah karena belum menyetorkan nilai tugas selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat dampak pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cimahi, ada sekitar 520 siswa SD belum menyetorkan tugas kepada guru. Sedangkan tingkat SLTP jauh lebih banyak yakni sekitar 1.500 siswa yang belum selesai memberikan tugas yang diberikan.
"Guru-guru SD sudah mendatangi rumah siswa yang belum menyetorkan tugasnya, tapi sebagian orangtunya tidak ada dengan alasan sudah pindah tempat tinggal dan sebagainya," kata Kepala Disdik Kota Cimahi, Harjono, Jumat (29/1).
Bagi siswa yang belum mengumpulkan tugasnya, Dinas Pendidikan mengintruksikan para guru membuat surat keterangan yang ditandatangai pihak RT setempat.
Harjono mengungkapkan, permasalahan yang sering dihadapi para guru biasanya orang tua maupun wali tidak berada di rumah, padahal pihak sekolah sudah beberapa kali mencoba menghubungi.
Jika tidak dibereskan pada akhir semester II tahun ajaran 2020/2021, pihaknya khawatir ribuan siswa SD dan SMP tersebut tidak naik kelas karena mereka belum melengkapi nilai.
"Permasalahan ini sudah disampaikan melalui surat ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kalau masalah ini tidak segera dibereskan, saya takutnya mereka jadi tidak naik kelas," tuturnya.
Harjono menerangkan, dari laporan pihak sekolah, ada berbagai penyebab mengapa anak bermasalah tidak mendapatkan nilai. Dari mulai dari tingkat kehadiran selama PJJ sangat rendah, hingga ada anak yang sama sekali tidak mengisi absen.
"Bahkan, saat penilaian dan pengumpulan tugas, ada anak-anak yang melalaikan sehingga para guru tidak memberikan nilai terhadap mereka," ungkapnya.
Harjono menduga, ada berbagai faktor sehingga ribuan siswa tersebut mengalami permasalahan selama PJJ. Salah satunya, terhambat dalam mengakses teknologi. "Kalau data yang sudah masuk, kebanyakan bermasalah dengan akses internet," beber Harjono.
Alasan lainnya, anak-anak diduga tidak mempunyai pendamping ketika melaksanakan pembelajaran daring di rumah. "Bisa saja misalnya kedua orang tuanya sibuk bekerja sehingga tidak punya waktu mengajar anaknya atau alasan lainnya," tandasnya.
Sejak Covid-19 mewabah, aktivitas pembelajaran di sekolah dihentikan sementara. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dialihkan secara online atau daring. Belum diketahui sampai kapan kebijakan ini berlangsung. (R-1)
Eliminasi TBC memerlukan kekompakan dan sinergi lintas sektor.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi, mengungkapkan hanya ada 384 kelas sekolah tingkat SMA/SMK yang akan diisi rombongan belajar (rombel) 38 sampai 50 siswa dari 801 kelas.
Festival Kerukunan di Desa Pabuaran, Kerukunan bukan Proyek Elite
Tetapi, dari 27 wilayah Jawa Barat hanya ada dua wilayah yang diprakirakan akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang terjadi pada siang hari.
Sebanyak 338 ribuan siswa diterima di SMA, SMK dan SLB negeri se-Jawa Barat (Jabar) dalam sistem penerimaan murid baru (SPMB) tahap satu hingga dua.
Penambahan rombel juga hanya diterapkan di sekolah tertentu yang siswa-siswinya masuk kategori miskin.
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menyampaikan pesan pada seluruh murid baru madrasah untuk menjadi pemimpin bangsa di masa depan yang berilmu, berakhlak, dan berjiwa jujur.
Banyak sekolah, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar), masih menghadapi kendala dalam memaksimalkan penggunaan Chromebook.
Hari ini menandai dimulainya secara resmi kegiatan belajar-mengajar di Sekolah Rakyat yang tersebar di seluruh Indonesia.
Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menegaskan bahwa Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) bukan masa perpeloncoan atau masa senioritas
Sementara itu Kepala SDN Kertasari 3, Sofia Widawaty, menjelaskan bahwa kini sekolah yang dipimpinnya hanya memiliki 18 siswa aktif.
Data 2024 menunjukkan angka partisipasi sekolah (APS) untuk usia 16–18 tahun di Banten baru mencapai 71,91%, masih di bawah rata-rata nasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved