Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pesona Jalan Prasejarah Golo Mori Takkan Terlupakan

John Lewar
24/1/2021 00:10
Pesona Jalan Prasejarah Golo Mori Takkan Terlupakan
Kondisi Desa Warlokak menuju Golo Mori, di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT yang bakal dijadikan tempat pertemuan G20.(MI/John Lewar)

GOLO Mori, obyek wisata prasejarah yang menyimpan misteri hingga saat ini menjadi rebutan investor berinvestasi. Banyak lokasi tanah di patok-patok menuju ke bukit bukit kecil di wilayah itu dengan tulisan nama kepemilikan, umumnya dari luar Flores bahkan warga asing.

Ruas jalan menuju Desa Golo Mori di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) NTT, masih dalam kondisi bebatuan dan rusak parah belum beraspal. Batu-batu berukuran besar tumpah di jalan. Kontur jalannya juga masih naik turun sehingga menyulitkan para pengendara untuk menuju ke lokasi Desa Golo Mori.

Sebelum akses jalan itu dibuka, warga berjalan kaki menuju ke desa lainnya bahkan hingga ke Labuanbajo. Mereka sangat beruntung bila menemukan perahu nelayan jika menuju ke Labuanbajo dengan tantangan pusaran arus Selat Molo.

Pemandangan memang begitu mengasikan di hamparan tumpuhkan bukit-bukit kecil menyerupai bukit teletubies. Ruas jalan menuju Golo Mori berhadapan persis tak jauh dari arah pulau Rinca yang menjadi milik Balai Taman Nasional komodo (BTNK), menyimpan satwa purba komodo, kakatua jambul kuning, tikus endemik flores, monyet, rusa kerbau, musang babi, kuda liar dan masih banyak lagi.

Bagai pasukan khusus pengintai di angkasa, burung bangau bergerombol beterbangan mantau ikan kecil bermain di permukaan air. Seekor burung elang terbang tinggi mengangkasa, berpatroli mencari mangsa. Sunguh indah di bentangan padang shawana Golo Mori Pulau Rinca yang di batasi selat Molo lebih kurang 70 an meter saja.

"Kalau dibilang sangat indah, ya luar biasa. Gemuruh derasnya air Selat Molo bak banjir bandang kedengaran hingga ke arah darat sebelum menuju ke desa Golo Mori. Sayangnya alamnya belum mendukung,ruas jalan masih bebatuan," ujar Muhamad Teofilus Kadir, 57, tokoh Masyarakat Golo Mori, Sabtu (23/1)

Kami menyusuri perjalanan mengunakan motor trail. Sempat berhenti di tengah jalan lantaran melihat migrasi rusa dari pulau Rinca menepi ke daratan tanah Golo Mori, belum lagi di daratan itu hidup liar hewan komodo. Kami harus berwaspada.

Kadir Teofilus menyebut namanya Golo Mori memang sangat unik. Dalam bahasa setempat, Golo (artinya bukit), Mori artinya(Tuhan) kalau disimpulkan menjadi bukitnya Tuhan. Golo mori semasa itu menjadi tempat pencarian hewan yang diburu kemudian untuk dipelihara.

"Banyak juga kerbau, kuda, anjing hidup di alam liar. Konon cerita lokasi ini menjadi satu satunya ajang perburuan para raja dari berbagai penjuru yang datang berexspansi dan menemukan tempat ini sebagai ladang perburuan dan peristirahatan," terangnya.

Muhamad Teofilus merupakan nama campuran kristen muslim, dari perpaduan orang tua dulu. Muhamad menuturkan bukti dari saman pra sejarah itu adanya pasar tradisional di dua lokasi, satu di kampung Warloka dan di kampung Golo Mori. Pasar ini, kata dia masih memberlakukan barter atau barang di tukar dengan barang.

"Kalau pasar ini masih ada dan berada tepat persis di bibir pantai. Untuk kampung Warloka pasarnya setiap hari Selasa,sedangkan kamping Golo Mori berlangsung pada setiap Sabtu," terang Muhamad.

Bukti Lain adanya arca, batu balok, tempat tidur bantal yang membatu. Periuk tanah untuk masak juga masih ada. Sayangnya barang-barang pusaka itu sebagian raib di bawa orang tak di kenal. Batu Balok dan bongkahan lainnya diduga telah dijual oknum yang tidak bertanggung jawab.

"Tumpuhkan batu balok, baik di arah timur Rinca dan diatas bukit Warloka masih ada," katanya.

Syahrif Elang tokoh muda Warloka, kepada Media Indonesia mengatakan, daratan wilayah Warloka maupun Desa Golo Mori masih terdapat banyak peninggalan-peninggalan zaman purba atau zaman batu. Masih ada batu balok dengan corak dan tulisan yang sulit dikenal butuh penelitian.

Lokasi di bukit Warloka itu sendiri sudah menjadi objek wisata yang ditata oleh Dinas Pariwisata. Di lokasi itu terdapat tempat tidur dan bantal guling yang telah membatu, ada tungku tembikar maupun peralatan masak lainnya yang sudah membantu.

Syahrif menyebutkan, baik menuju Warloka maupun Desa golo Mori, kondisi ruas jalan masih bebatuan belum diaspal. Selain itu, lebih menyulitkan lagi bagi warga setempat ketiadaan pasokan air minum bersih.

"Kami berharap ketika terjadi G-20 yang rencananya akan diselenggarakan di wilayah itu bisa membawa perubahan besar bagi penduduk setempat," harapnya. (OL-13)

Baca Juga: Erick Diharapkan Bawa Ekonomi Syariah Hingga Skala UMKM

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya