Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Ulat Grayak dan Walang Sangit Serang Ladang Jagung NTT

Ignas Kunda
18/1/2021 18:00
Ulat Grayak dan Walang Sangit Serang Ladang Jagung NTT
Tanaman jagung yang diserang ulat grayak dan walang sangit.(MI/Ignas Kunda)

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Oliva Monika Mogi, Senin (18/1) mengatakan sebanyak 1020,63 hektare lahan jagung di Kabupaten Nagekeo terserang hama ulat grayak.

Oliva merincikan besaran lahan yang terserang di Kecamatan Aesesa seluas 531,28 hektar, Kecamatan Wolowae seluas 316 hektare, Kecamatan Boawae seluas 134,34 hektare, Kecamatan Aesesa Selatan seluas 36,51 hektare dan Kecamatan Nangaroro seluas 2,5 hektare.

 "Hingga saat ini tanaman jagung yang telah terserang hama ulat grayak adalah seluas 1020,63 hektare. Sementara untuk Kecamatan Mauponggo dan Keo Tengah, sampai saat ini tidak ada serangan," katanya.

Sementara untuk hama walang sangit yang menyerang persawahan petani terdapat di kecamatan Aesesa, dan pihaknya tidak sempat untuk merinci besaran lahan karena langsung ditangani oleh para penyuluh pertanian lapangan bersama para petani.

Menurut Olivia, serangan ulat pada tanaman jagung pada umur 2 minggu sampai 2 bulan dan biasanya pada jam 6 sore hingga jam 6 pagi ulat mulai keluar untuk memakan daun-daun jagung. Sehingga untuk penyemprotan dilakukan pada saat ulat mulai memakan tanaman jagung.

Serangan hama ulat grayak sudah terjadi ketika hujan tidak rutin dan sudah menjadi siklus tahunan dan sering terjadi beberapa tahun belakangan ini. Penyebab pertama karena anomali iklim walaupun sanitasi atau kebersihan lahan terjaga baik.

"akan timbul pada masa peralihan. Bila hujan dua minggu lalu tiba-tiba berhenti maka di situ ulat akan muncul dan menyerang tanaman jagung. Biasanya ditandai dengan adanya kupu-kupu putih, kuning" katanya.

Untuk pengendalian hama baik ulat grayak dan walang sangit,  Olivia mengatakan bahwa sudah dilakukan yang pertama melaui edukasi dengan para petani, perangkat desa dan peyuluh pertanian dan sudah dilakukan swadaya dengan penyemprotan obat secara bersaaman di beberap titik.

Pihaknya juga bersurat ke Provinsi  NTT untuk bantuan  berdasarkan luas lahan jagung karena provinsi selalu punya stok sehingga pihak propinsi memberikan bantuan insektisida untuk luas lahan 64 hektare di 5 kecamatan.

Menurut Olivia, saat ini serangan sudah mulai kurang karena hujan sudah mulai rutin kembali. Selain anomali iklim yang berubah yang membuat adanya hama serangan ulat dan walang sangit, kemudian penanaman yang tidak serempak sehingga siklus hama hanya berputar dan bertahan sekitar lahan pertanian

"Pengetahuan anomali iklim sebenarnya para petani sudah paham, namun terbentur kebutuhan walaupaun mereka tahun pada umur sekian pasti akan ada hama yang menyerang, namun tetap memaksakan untuk tanam karena faktor kebutuhan," jelasnya.

Olivia memastikan pihaknya sudah ada prediksi iklim dan kelender tanam via aplikasi yang bisa ditanyakan pada para penyuluh.

Lanjut Olivia, idealnya sawah irigasi tidak boleh ada tanaman lain seperti pisang atau kelapa. Serangan hama juga karena terbiasa memelihara inang. Ketika petani mengeluh karena obatnya tidak mempan itu karena hama berpindah ke tanaman lain selain padi ketika disemprot insektisida.

"Pemda sudah mempunyai dasar aturan yakni peraturan bupati yang sudah diterapkan pada tahun 2019 untuk pola tanam serempak pada lahan persawahan sekunder 1. Namun tidak bisa diterapkan pada tahun 2020 karena pandemi covid-19. Pada tahun 2021 ini direncanakan untuk mulai menerapkan pola tanam serempak pada lahan sekunder 2 namun harus  disosialisasikan terlebih dahulu melihat respon para petani. Bila mereka menerimannya maka bisa dilaksanakan program tersebut," pungkasnya. (OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik