Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

BPBD Boyolali terus Pantau Geliat Merapi dari Selo

Widjajadi
18/1/2021 15:59
BPBD Boyolali terus Pantau Geliat Merapi dari Selo
Kondisi pengungsi di kawasan Selo, Boyolali.(MI/Widjajadi)

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali tidak pernah putus menjalin koordinasi dengan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogjakarta, terkait Merapi yang masih bergolak dengan status Siaga. Mereka tidak ingin terlambat dalam proses penyelamatan, jika fase erupsi Merapi makin membesar, hingga membahayakan warga KRB III wilayah kecamatan Selo, Boyolali. Sebab sejauh ini, kecuali suara dentuman Merapi, muntahan lava panas maupun awan panas guguran tidak terpantau dari kawasan Boyolali.

"Koordinasi BPBD Boyolali dengan BPPTKG tidak pernah terputus, mengingat gejolak vulkanis Merapi tidak terlihat langsung dari kawasan Selo, Boyolali. Padahal pada fase erupsi yang sudah berlangsung ini, ribuan warga di pemukiman yang masuk di KRB III, sebagian besar belum turun. Saat ini, yang masih bertahan di pengungsian tinggal 241 warga," tukas Kepala BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo ketika dikonfirmasi, Senin (18/1).

Menurut dia, tingkat risiko bencana yang ditimbulkan dari dampak erupsi Merapi di wilayah sejumlah dukuh KRB III di tiga desa, kecamatan Selo, Boyolali diprediksi paling kecil dibandingkan Magelang, Klaten, maupun Sleman. Namun BPBD Boyolali tidak ingin kapiran atau tertinggal informasi .

Yang jelas, Pemkab Boyolali tidak pernah kendor dalam mengamati aktivitas vulkanis Merapi. Sebagian relawan kemanusiaan masih ditempatkan di tiga lokasi yang menjadi tempat pengungsian sementara (TPS).

"Ada 30 relawan kebencanaan BPBD yang masih disiagakan di 3 TPS yang ada di Tlogolele, Klakah maupun Jrakah. Kebutuhan logistik juga masih aman, demikian pula obat-obatan. Kita juga koordinasi dengan Polri dan TNI untuk tindakan lapangan dan juga proses evakuasi yang diperlukan, termasuk dengan relawan desa," imbuh Bambang Sinungharjo.

Pantauan Media Indonesia, bahwa pada Senin pagi, kembali Merapi memuntahkan awan panas guguran. Catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat arah awan panas mengarah ke hulu Kali Krasak.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, terdapat awan panas guguran di Gunung Merapi pada tanggal 18 Januari 2021 pukul 05.43 WIB. Awan panas itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 22 milimeter dan durasi 112 detik. Saat erupsi, angin bertiup ke tenggara. (WJ/OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Denny parsaulian
Berita Lainnya