Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Wabah Diare di Sikka, Warga Pilih ke Dukun

Gabriel Langga
15/1/2021 11:58
Wabah Diare di Sikka, Warga Pilih ke Dukun
Camat Magepanda , Kabupaten Sikka, Pedro Rodriquez.(MI/Gabriel Langga)

WILAYAH Kecamatan Magepanda bukan saja penyumbang kasus demam berdarah dengue (DBD) tertinggi di Kabupaten Sikka. Namun kali ini memasuki tahun 2021, kasus diare malah meningkat tajam di wilayah Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Camat Magepanda Pedro Rodriquez mengatakan ada 220 warga di Kecamatan Magepanda saat ini diserang diare. Tersebar di Desa Magepanda sebanyak 83 orang, Desa Done 54 orang, Desa Reroroja 37 orang, Desa Kolisia A 25 orang dan Desa Kolisia B 21 orang. Diare menyebabkan satu balita berusia 1,5 tahun warga Desa Reroroja meninggal dunia. Ia menuturkan dari 220 kasus diare itu, paling banyak menyerang anak-anak.

"Tahun lalu Magepanda dilanda DBD. Tahun 2021 baru di bulan Januari saja, wilayah Kecamatan Magepanda sudah diserang kasus diare dengan 220 kasus yang didominasi oleh anak-anak. hingga satu orang bayi meninggal dunia karena diare," ujar Pedro Rodriquez, Jumat (15/1).

Ia mengakui meningkatnya kasus diare di Magepanda karena telah memasuki musim hujan. Ditambah lagi, beberapa hari yang lalu wilayah Kecamatan Magepanda dilanda bencana banjir sehingga beragam bakteri dan organisme jahat mudah sekali menyerang warga.

baca juga: Banyak Warga Terjebak Banjir Belum Dievakuasi

Pedro Rodriquez menambahkan masyarakat di wilayah Magepanda ini agak unik sekali. Mulai dari kasus DBD, diare, stunting dan putus sekolah juga sangat tinggi. Hal ini disebabkan perilaku masyarakat. Selain itu, jelas dia, bahwa masyarakat di sini lebih percaya dukun ketimbang para tenaga medis. Apabila ada warga sakit seperti diare atau DBD bukannya dibawa ke puskesmas tetapi mereka lebih memilih bawah ke dukun untuk berobat.

"Tunggu sakit parah dulu baru mereka bawah ke puskesmas atau rumah sakit. Kalau sakit belum parah, itu mereka bawah ke dukun dulu. Katanya minta air di dukun. Ketika saya ditempatkan di sini, saya mulai memutus rantai itu. Tetapi masih ada warga yang masih percaya dukun sampai sekarang ketimbang medis," ujar Pedro Rodriquez. (OL-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya