Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Para Penangguk Untung saat Pandemi

UA/JL/BB/BK/N-2
09/1/2021 04:25
Para Penangguk Untung saat Pandemi
Pekerja memanen kedelai Edamame di Desa Jenggawah, Kecamatan Jenggawah, Jember, Jawa Timur, Kamis (1/10).(ANTARA FOTO/Seno)

EDAMAME membuat Tino Ahmad bertahan di masa pandemi. Petani di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu mengaku memetik keuntungan besar dari memanen kedelai edamame.

“Selama pandemi, kami justru bisa panen besar dengan harga jual tinggi. Tahun ini keuntungan kami melimpah,” tambah Tino, kemarin.

Pasar edamame sangat terbuka. Di Banyuwangi, menurut Tiono, pasar membutuhkan pasokan dari petani sebanyak 1-3 ton per minggu. Namun, tantangan itu belum bisa dipenuhi petani yang membudidayakan edamame.

Selain memetik keuntungan dari kedelai, petani juga memanfaatkan bagian lain dari tanaman ini untuk pakan ternak. Di antaranya daun dan kulit kedelai.

Saat ini Tino mengaku memiliki lahan yang ditanami edamame seluas 1/4 hektare. Untuk menggarapnya, ia melibatkan 30 buruh tani. “Edamame tidak sulit dibudidayakan. Penanaman dan perawatannya tidak sulit. Untuk mengatasi penyakitnya juga tidak butuh biaya besar,” tandasnya.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Ilham Juanda mengakui potensi edamame di Banyuwangi sangat bagus. “Kami akan mendorong petani untuk mengembangkannya lebih luas.”

Saat ini edamame baru ditanam di lahan seluas sekitar 100 hektare. Mulai digeluti petani pada 2016, tanaman itu banyak dikembangkan di wilayah Banyuwangi Selatan.

Keuntungan besar juga dipetik petambak udang di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Setiap pekan, mereka mampu panen 2-3 tiga ton.

“Selain untuk kebutuhan warga, permintaan udang juga datang dari sektor pariwisata, sebagai konsumsi turis. Tahun ini saya mencetak untung hampir Rp1 miliar,” kata Anggelus Naing Galang, petambak muda.

Pemuda lulusan IPB itu mengembangkan udang di enam petak tambak. Setelah tebar benih, dalam waktu dua bulan, ia bisa memanen 15-20 ton udang. Usaha ini ia tekuni sejak 2 tahun lalu.

Kantong Dani Sugandi tidak pernah kosong di masa pandemi. Pemuda warga Kampung Ciroyom, Padaasih, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, itu memproduksi helm custom. Ia menjualnya lewat media sosial.

“Konsumen saya juga datang dari luar negeri. Saya menekuni ini saat pandemi mulai datang. Harga helm bervariasi mulai Rp800 ribu hingga Rp1,5 juta,” tandasnya. (UA/JL/BB/BK/N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya