Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
DIREKTUR Kepengasuhan Santri Pondok Pesantren Nurul Falah di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Belitung, Iskandar membantah penganiayaan terhadap seorang santri yang dilatarbelakangi soal uang Rp30 ribu.
"Tidak benar ada tiga ustaz ikut melakukan penganiyaan terhadap santri berinisial Rz tersebut," ujarnya, Jumat (8/1).
Iskandar mengungkapkan Rz ini memang sering mencuri. Banyak uang yang hilang di pondok pesantren, baik milik santri maupun milik pondok. "Total uang yang hilang itu Rp1 juta. Itu belum barang-barang milik UKM Mart pesantren," lanjutnya.
Oleh orangtua Rz, uang santri yang merupakan kakak kelasnya sebesar Rp750 ribu digantikan secata diam-diam tanpa sepengetahuan pondok pesantren. "orang tua Rz minta kepada saudara santri yang kehilangan uang untuk di melapor ke ponpes kalau uangnya dicuri Rz," ujarnya.
Setelah itu, lanjutnya, ada lagi uang BMT Pondok Rp200 ribu. Pada 5 Desember 2020, Rz tertangkap mencuri air minum milik UKM Mart Pesantren dan dikejar satpam. "Saat diinterogasi, Rz mengaku bahwa ia sudah mencuri sebanyak 3 kali. Dari pengakuan itu, satpam menghubungi wali kamar Rz."
Dalam persidangan, yang dihadiri Wali Kamar ustaz Salman dan pengasuh ustaz Fatur, Rz diwajibkan mengganti barang yang dicuri. "Dalam sidang, Rz juga mengaku sering mencuri bersama lima santri lain."
Namun, saat ditindaklanjuti, salah satu santri, F, membantah. Rz maupun F pun sama-sama bersumpah. Rz tidak berkelit ketika ditanya soal hilangnya uang di kantor madrasah yang total mencapai Rp1 juta. Tiga santri, Rz, F dan F mengaku tiga kali masuk kantor pondok, dan mencuri Rp30 ribu, Rp80 ribu dan Rp100 ribu.
"Rz mengaku dapat bagian Rp100 ribu dari hasil membobol kantor madrasah. Saat dipraktikkan, keterangan mereka tidak sinkron. Para santri itu juga berbelit-belit saat memberikan pengakuan," tutur Iskandar.
Karena kesal, pada 6 desember itu, salah satu ustaz melayangkan tamparan ke Rz di kantor mandrasah tsanawiyah. RZ menghindar, dan hidungnya terkena sehingga berdarah.
Ustaz Rahmadi pun membawa Rz ke toilet untuk membersihkan darah pada hidung. Dalam perjalanan ke toilet, ustaz lainya melayangkan tamparan ke pelipis dekat daerah mata. "Jadi Rz ini yang baru 5 bulan di pesantren suka mencuri. Ini menjadi penyebab kejadian kekerasan," tandas Iskandar.
Setelah kejadian, semua santri disuruh ke kamar, salat taubat sebelum tidur. Pagi hari, semua santri berolahraga dan kerja bakti. tidak ada lagi darah yang mengucur di hidung Rz.
Dua minggu kemudian, orangtua Rz mengaku hidung anaknya masih terus mengeluarkan darah. Iskandar juga membantah laporan orangtua Rz ke polisi yang menyatakan tiga ustaz telah melakukan penganiayaan. "Saat itu, dua ustaz yang dilaporkan sedang rapat dan selesai pada pukul 22.30 WIB, sementara tuduhan kejadian penganiyaan pada 21.00 WIB." (N-2)
Pesantren bukan hanya tempat menuntut ilmu atau sekadar menjadi pintar. Yang terpenting adalah menjaga akhlak generasi muda.
KETUA Bidang Pondok Pesantren dan Majelis Taklim Pengurus Pusat GP Ansor, Nur Faizin mendukung gagasan tentang transformasi pendidikan pesantren.
Sementara Kuasa Hukum pelapor -- KDR -- Heru Lestarianto, Sabtu (31/5) menjelaskan aksi penganiayaan tersebut tersebut terjadi pada Februari lalu.
Dia juga membangun kedekatan emosional dengan semua santri agar mereka patuh, disiplin dan menjauhi hal negatif yang bisa merusak masa depan mereka.
Langkah konkret memperbaiki sekolah sekaligus minat belajar para santri ini, adalah bagian upaya besar Aice dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi para siswa sekolah.
Santri dan pesantren dinilai sebagai salah satu komponen bangsa yang berkontrubusi dalam kemerdekan Indonesia sehingga harus diberikan kesempatan mengelola sumber daya alam.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved