Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Pandemi Mendera, Sapu Purbalingga Justru Terbang ke Tiga Negara

Lilik Darmawan
07/11/2020 08:39
Pandemi Mendera, Sapu Purbalingga Justru Terbang ke Tiga Negara
Para pekerja tengah menyelesaikan pembuatan sapu di Desa Karanggambas, Kecamatan Padamara, Purbalingga(MI/Lilik Darmawan)

RATUSAN laki-laki muda berjajar. Jaraknya antara kanan dan kiri sekitar 1,5 meter. Di depannya tampak bahan-bahan untuk membuat sapu. Mereka menyatukan rumput gelagah atau gandum dan diberi batang kayu agar jadi sapu. Masing-masing pekerja terlihat sibuk di tempat usaha CV Rayung Pelangi di Desa Karanggambas, Kecamatan Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng), Kamis (5/11).

Salah seorang pekerja, Sartono, mengungkapkan, di perusahaan tersebut ada beberapa bagian pekerjaan misalnya merapikan rumput gelagah, kemudian menyatukan dengan batang kayu sampai pada pengemasan.

"Masing-masing telah memiliki tugas sesuai bidangnya. Dalam masa pandemi sekarang, pekerjaan justru banyak. Bahkan, terus menambah karyawan. Yang terus kami ingatkan adalah protokol kesehatan kepada para pekerja. Masker menjadi sangat penting dan jaga jarak. Jadi, kalau dalam bekerja, sudah ada jarak antarpekerja," kata Sartono.

Kondisi pandemi memang membutuhkan adaptasi, bahkan dalam dunia usaha. Apalagi, sebagian besar pelaku usaha terguncang akibat pandemi covid-19. Pemasaran produk turun tajam, sehingga sampai merumahkan dan melakukan PHK terhadap karyawan. Namun, tetap saja ada anomali, ada perusahaan yang tetap eksis bahkan malah berkibar pada masa yang dinilai sukar. Salah satunya adalah CV Rayung Pelangi yang begerak di bidang pembuatan sapu berbahan baku rumur gelagah.

Justru pada awal pandemi terjadi di Indonesia, pelaku usaha mulai melakukan ekspor perdana ke Korea Selatan, tepatnya pada Maret 2020. Awalnya satu kontainer atau berjumlah 30 ribu buah.

Pada Maret sampai Agustus, CV Rayung Pelangi mengekspor satu kontainer, kemudian mengalami peningkatan lagi sejak September dengan jumlah dua kontainer. Sedangkan ekspor lainnya sebanyak satu kontainer ke Pakistan. Mulai November ini, sudah ada permintaan dari India sebanyak dua kontainer.

Baca juga:  Ekspor Kopi asal Temanggung tak Terhalang Pandemi

Pemilik usaha CV Rayung Pelangi Bambang Triyono mengatakan pada awal tahun, usaha yang dijalani hanya melibatkan 20 orang pekerja. Namun, justru ketika pandemi, pihaknya mencari karyawan baru. Kebetulan, pada masa pandemi ada pekerja yang dirumahkan atau proyek bangunan mandek sehingga bisa direkrut.

"Saya tidak pilih-pilih karyawan, bahkan penyandang disabilitas saya tampung juga. Yang penting mereka mau belajar, mengikuti training. Setelah bisa, langsung kerja. Pendapatannya tidak kalah dengan bekerja di proyek bangunan atau pabrik. Sampai sekarang, karyawan sudah ada 150 orang. Bahkan, ke depan ini saya akan mencari 150 karyawan lagi. Sehingga nantinya total sebanyak 300 pekerja," ungkap Bambang.

Penambahan karyawan dilakukan karena pesanan mengalami lonjakan signifikan. November ini, ia harus menyiapkan lima kontainer. Satu ke Pakistan dan masing-masing dua kontainer ke Korea Selatan dan India.

"Yang paling penting saya tekankan kepada pekerja adalah mempertahankan kualitas. Kami dipercaya dan dapat meningkatkan ekspor karena beberapa negara saingan mungkin ada kendala produksi. Selama ini, pesaing produk kami adalah Vietnam, Myanmar dan Tiongkok," ungkapnya.

Ia berterima kasih kepada pemerintah karena telah melakukan pendampingan melalui program pendampingan ekspor atau export coaching program (ECP).

"Dengan adanya program dari Kemendag tersebut, saya sangat terbantu terutama ketika melakukan ekspor. Pelaku usaha jadi lebih paham sehingga akan lebih bersemangat lagi dalam mengembangkan produk untuk ekspor," jelas dia.

Rohimah, yang juga pemilik CV Rayung Pelangi, menambahkan, untuk sapu yang diekspor ke Pakistan, pihaknya menggandeng mitra.

"Mitra kami tersebar di sejumlah tempat di Purbalingga dan kota lainnya. Produknya memang berbeda jika dibandingkan dengan yang dikirim ke Korea Selatan," imbuh Rohimah.

Bambang dan Rohimah membuktikan kondisi pandemi tidak lantas membuat hilang inovasi. Justru sebaliknya, ketika Covid-19 datang, permintaan mengalami lonjakan. Ketika kondisi pandemi mendera, usahanya malah lebih berjaya.(OL-5)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya