Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Masa Transisi BPBD Cianjur Waspadai Kekeringan dan Kebakaran

Benny Bastiandy
27/7/2020 15:40
Masa Transisi BPBD Cianjur Waspadai Kekeringan dan Kebakaran
Warga Kampung Jatiwangi RT 11/03, Desa Sukajaya, Kecamatan Leles, Kabupaten Cianjur, Jabar, memanfaatkan air Sungai Cisokan yang dialirkan.(MI/Benny Bastiandy)

SEMUA wilayah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, diwaspadai berpotensi terdampak musim kemarau yang diprediksi bakal segera terjadi. Intensitas pemantauan di semua wilayah kecamatan pun mulai ditingkatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur, Mochammad Irfan Sofyan, mengatakan saat ini sebetulnya sedang memasuki masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Selama masa transisi tersebut, tentu harus diwaspadai dan diantisipasi sejak dini.

"Sekarang masih pada masa transisi. Tapi pemantauan ke semua kecamatan sudah kami lakukan sebagai upaya mewaspadai potensi kemarau," kata Irfan kepada mediaindonesia.com, Senin (27/7).

Dampak yang biasanya terjadi akibat kemarau di antaranya potensi krisis air bersih, kekeringan lahan pertanian, serta kebakaran hutan dan lahan. Potensi-potensi tersebut tersebar hampir di semua kecamatan.

"Saat masuk kemarau panjang, kami biasanya akan berkoordinasi dengan Perumdam untuk menyediakan air bersih bagi warga yang mengalami krisis akibat kekeringan," tuturnya.

Wilayah yang jadi langganan kekeringan di antaranya di hampir semua kecamatan di selatan, di wilayah timur Cianjur, termasuk di kawasan Cianjur utara. Irfan mengatakan BPBD Kabupaten Cianjur tak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan elemen taktis lain. Di Kabupaten Cianjur sekarang sudah terbentuk Relawan Tangguh Bencana (Retana).

Jumlah personel Retana mencapai 1.800 orang. Mereka tersebar di 360 desa dan kelurahan. Masing-masing desa dan kelurahan berkekuatan 5 personel Retana.

"Mereka sudah kami bekali dengan berbagai pengetahuan kebencanaan, termasuk cara mitigasi, penanganan, serta pelaporan. Dalam kata lain, mereka itu adalah petugas BPBD, namun sekupnya di tingkat desa dan kelurahan," beber Irfan.

Satu di antara wilayah yang rawan kekeringan di Kabupaten Cianjur yakni Kecamatan Cibeber. Aparatur pemerintahan kecamatan setempat pun meningkatkan koordinasi dan antisipasi menghadapi berbagai kemungkinan terjadinya potensi kekeringan.

Camat Cibeber, Ali Akbar, mengaku upaya mengantisipasi kekeringan dilakukan dengan mempersiapkan berbagai potensi yang ada. Pasalnya, pengalaman sebelumnya, kemarau tidak hanya berdampak terhadap krisis air untuk konsumsi masyarakat saja, tapi juga terhadap lahan pertanian.

"Tentu, dari sekarang kita terus membahas potensi kerawanan kekeringan ini meskipun di tengah pandemi covid-19," kata Ali.

Ada berbagai upaya dan rencana yang dilakukan pihak kecamatan. Misalnya melakukan reboisasi daerah-daerah yang menjadi tangkapan atau resapan air. Seperti di Desa Girimulya yang notabene masih terdapat daerah perbukitan.

"Dengan berfungsinya kembali daerah resapan air, maka saat kemarau tidak akan terlalu kesulitan," jelasnya.

Pemerintah Kecamatan Cibeber juga membantu pembuatan sumur-sumur bor di beberapa desa yang anggarannya berasal dari pemerintah kabupaten, provinsi, maupun pusat. Diharapkannya, keberadaan sumur bor akan bisa menyuplai air bersih untuk kebutuhan masyarakat.

"Kami juga berharap, kemarau tahun ini tak seperti tahun lalu yang cukup panjang," tandasnya. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya