Pemda Bogor Apresiasi Aisyiyah dan YAICI dalam Perangi Gizi Buruk

Mediaindonesia.com
30/3/2020 18:35
Pemda Bogor Apresiasi Aisyiyah dan YAICI dalam Perangi Gizi Buruk
Kepala Dinas Kabupaten Bogor Mike Kaltarina.(Istimewa)

BUPATI Kabupaten Bogor mengapresiasi peran organisasi masyarakat seperti Aisiyah dan Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) dalam memerangi gizi buruk melalui kegiatan sosialiasi dan edukasi yang dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kabupaten Bogor Drg Mike Kaltarina MARS yang hadir mewakili Bupati Bogor Ade Yasin dalam acara 'Edukasi Gizi Berkesinambungan yang dilakukan di Kabupaten Bogor'.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mendata ada sekitar 188.996 balita di Kabupaten Bogor yang tumbuh dengan gizi buruk atau stunting hingga akhir 2018 lalu. Angka ini cukup besar, meski penduduk Kabupaten Bogor berjumlah hampir 5,7 juta jiwa.

Ade bertekad untuk menguranginya, salah satunya adalah dengan terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pola asuh dan pola makan anak.

“Gizi buruk harus diatasi dengan pendektan lintas sektoral. Bukan hanya oleh Pemerintah tetapi juga oleh Masyarakat. Peran organisasi masyarakat sangat penting. Kami mengapresiasi Aisiyah dan YAICI, yang melakukan edukasi kepada masyakarat di Kabupaten Bogor,” ujar Mike pada ketarangan persnya, Senin (30/3).

Arif Hidayat Ketua YAICI menambahkan, pola makan anak dalam 1000 hari pertama sangat penting. Bila anak terbiasa dengan asupan yang tinggi gula, anak akan cenderung menolak untuk diberikan makanan yang kurang manis.

Salah satu asupan tinggi gula yang masih banyak diberikan oleh orang tua di pedesaan adalah susu kental manis, yang kerap dianggap oleh masyarakat sebagai susu bernutrisi.

“Persepsi yang salah tentang kental manis, ditunjang oleh harga yang relatif murah dan tersedia hingga ke warung-warung dipelosok, membuat masyarakat masih terus memberikan kental manis yang diseduh air,” ujar Arif.

Arif yang melakukan survei kecil sebelum acara menemukan bahwa beberapa ibu rumah tangga yang memiliki balita dan anak-anak dibawah 10 tahun masih rutin memberikan susu kental manis kepada anaknya.

Mereka umumnya tidak tahu bahwa kental manis bukanlah susu yang disajikan sebagai minuman anak. Warung di sekitar lokasi acara juga mengatakan permintaan pada umumnya masyarakat mencari SKM. “Karenanya edukasi bahwa kental manis adalah toping dan dapat membentuk adiksi pada anak perlu disosialisasikan,” tambahnya

Pada kesempatan ini Wakil Ketua Aisiyah Bidang Kesehatan, Dra. Noor Rochma Pratiknya mengatakan bonus demografi adalah sebuah tantangan yang perlu disikapi bersama.

Dalam hal ini Aisyiyah telah berusaha bersama YAICI untuk membangun generasi emas Indonesia 2045 melalui kerja sama edukasi gizi berkesinambungan yang bertemakan bijak menggunakan Susu Kental Manis. “Mari kita bersama memperhatikan generasi kita dengan bijak menggunakan SKM yang dimulai dari peran Ibu,” kata Noor Rochma.

YAICI dan Aisyiyah juga berencana melakukan penelitian tentang gizi buruk, pola pangan anak dan persepsi tentang susu kental manis di kabupaten Bogor.  Penelitian akan dilakukan di 14 puskesmas di 6 kecamatan, antara lain Leuwiliang, Jasinga, Parung, Cileungsi, Pamijahan, Cibungbulang. (RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya