Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Tiga Lansia di Cianjur Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni

Benny Bastiandy
26/3/2020 11:05
Tiga Lansia di Cianjur Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni
Tiga lansia tinggal di rumah tidak layak huni di Kabupaten Cianjur, membutuhkan perhatian.(MI/Benny Bastiandy)

SEJUMLAH warga lanjut usia (lansia) di Kampung Cibiuk RT 01/09, Desa Sukaratu, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tinggal di rumah tidak layak huni (rutilahu). Meskipun sudah cukup lama menempati rutilahu, tapi hingga kini belum ada bantuan apapun dari pemerintah setempat. Ketiga lansia yang menempati rutilahu itu yakni Ineung, 70, yang tinggal bersama dengan cucunya, Fani, 10. Kemudian rutilahu yang ditempati Eli, 50, serta milik pasangan suami-istri Odah, 65, dan Omon, 80.

Dedi, 47, warga setempat, mengaku kondisi rutilahu ketiga lansia tersebut sudah cukup lama. Warga pun sempat berinisiatif melaporkan dan mengajukan perbaikan kepada pemerintah.

"Kalau upaya mah sudah kami ajukan ke pemerintah. Tapi sampai saat ini belum juga ada respons. Aneh. Malahan ada satu rumah yang sudah kami ajukan sejak lama, sekarang keburu roboh," terang Dedi kepada wartawan, Kamis (26/3).

Rutilahu yang roboh milik Eli itu sempat diperbaiki warga hasil urunan. Namun belum bisa diselesaikan karena kekurangan biaya. 

"Baru setengah badan diperbaiki seadanya karena tak ada biaya. Pemiliknya ibu Eli hidup sendirian. Suaminya pergi entah ke mana," jelas Dedi.

Dedi mengaku berinisiatif mem-posting kondisi rumah yang roboh itu di media sosial. Harapannya, ada respons dari pemerintah.

"Tidak ada respons sama sekali," ungkapnya.

Kondisi serupa dialami Ineung yang tinggal bersama cucunya. Bahkan, kata Dedi, mereka tak terdata menjadi peserta program bantuan pangan nontunai. Pun cucunya, tak ada bantuan pendidikan untuk bersekolah.

"Kondisi rumahnya juga memprihatinkan. Sebagian atap rumahnya sudah ambruk. Makanya kami heran, warga yang mestinya mendapat BPNT, kok ini tidak. Padahal emak Ineung tidak berpenghasilan. Untuk biaya hidup sehari-hari kadang dari sumbangan warga sekitar," tuturnya.

Sementara rumah yang dihuni pasangan Odah dan Omon (80) pada bagian belakangnya juga sudah roboh. Kayu lapuk dan bambu terlihat di bagian belakang rumah.

"Rumah ini juga sudah lama kami ajukan perbaikan. Tapi hingga kini belum ada respons juga," kata Dedi.

Dedi menuturkan, kondisi tiga orang lansia penghuni rutilahu tentu harus segera ditangani pemerintah. Jika hanya mengandalkan pemberian tetangga, menurut Dedi, cukup ironis karena warga di sekitar mereka juga hidup pas-pasan.

"Harusnya segera dibantu oleh pemerintah. Negara harus hadir membantu mereka. Kasihan," tandas Dedi.

Sementara Ineung mengaku setiap hari mengandalkan belas kasihan tetangga untuk memenuhi kebutuhan. Ia tak memungkiri selama ini dirinya tak mendapat BPNT.

"Cucu saya juga tak mendapat bantuan pendidikan untuk sekolah," ujar Ineung.

baca juga: Warga Tolak Gedung SKB Jadi Tempat Karantina ODP

Sedangkan Omon mengatakan saat ini kondisi kesehatannya terus menurun. Ia mengeluh menderita sakit pada bagian pencernaannya.

"Kadang ada petugas kesehatan dari Puskesmas yang ngasih obat. Tapi kalau obatnya habis langsung kumat lagi," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya