Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PEMERINTAH Belanda akhirnya mengembalikan keris pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro yang sempat dinyatakan hilang. Keris Kiai Naga Siluman itu merupakan satu dari sekian barang milik Pangeran Diponegoro yang dijanjikan dikembalikan ke pemerintah Indonesia sejak 1975.
Menteri Kebudayaan Belanda Ingrid van Engelshoven menyerahkan keris tersebut kepada Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, pada Kamis (5/3). Butuh waktu dua tahun pencarian untuk menemukan keris itu di antara ribuan koleksi Museum Etnologi (Museum Volkenkunde) di Leiden.
“Keris itu sangat penting bagi Indonesia. Diponegoro ialah pahlawan nasional kami. (Keris) ini adalah atribut pangeran untuk menyatakan statusnya,” kata Fery Iswandy, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Den Haag, seperti dikutip dari The Guardian, kemarin.
Pada 1830, Diponegoro dilaporkan menyerahkan keris tersebut kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Hendrik Merkus de Kock. Selanjutnya sejak 1831 keris itu menjadi koleksi kerajaan yang disimpan di Museum Etnologi.
Pada saat Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 1949, ada kesepakatan yang menyatakan pengembalian barang-barang Diponegoro. Perjanjian itu ditandatangani pada 1968 dan pengembalian dilakukan pada 1975. Namun, ketika pelana, tombak, dan payung milik Diponegoro dikembalikan, keris itu tidak termasuk yang dikembalikan.
Selain Museum Etnologi, Museum Bronbeek di Arnhem mungkin juga menyimpan salah satu barang milik Diponegoro. Namun, Direktur Museum Bronbeek, Pauljac Verhoeven, mengatakan hal itu masih dalam penelitian lebih lanjut.
“Kami belum bisa memastikan barang apa. Itu hanya sebagian kecil. Akan tetapi, jika mengetahuinya, kita akan mengembalikannya,” ujarnya.
Kepala Museum Nasional Siswanto mengatakan keris pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro itu akan disimpan di Museum Nasional.
“Iya, bahkan kita sudah rancang untuk pameran, tapi waktunya kapan menunggu perintah,” tandasnya, kemarin.
Siswanto mengungkapkan keris itu juga akan dipamerkan bersama sekitar 1.500 benda budaya atau artefak Indonesia yang sebelumnya juga dikembalikan Belanda.
“Itu bentuk tanggung jawab kami kepada masyarakat. Sementara akan kami pamerkan dengan mengurasi terlebih dahulu. Tidak mungkin 1.500 kita pamerkan. Kurator akan mengambil tema-tema tertentu kemudian dipamerkan, biar pengunjung yang menikmati puas,” terangnya.
Banyak di luar negeri
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid menyambut gembira inisiatif Belanda mengembalikan benda bersejarah tersebut.
Namun, dia mengungkapkan jumlah peninggalan sejarah Indonesia yang berada di luar negeri, terutama di Eropa, sebenarnya masih sangat banyak.
“Untuk waktu yang cukup lama orang Eropa, Belanda, dan Inggris ada di sini. Selama keberadaan mereka di sini cukup banyak barang yang dikumpulkan dan kemudian dibawa ke sana. Jumlah persisnya saya tidak bisa sebutkan,” kata Hilmar, tadi malam. (Aiw/X-10)
Punya rencana liburan yang berbeda dari biasanya? Mengunjungi museum olahraga di berbagai penjuru dunia bisa jadi pilihan liburan yang tak hanya menghibur, tetapi juga penuh dengan sejarah.
UPAYA segera menindaklanjuti proses repatriasi sejumlah benda bersejarah ke tanah air merupakan bagian penting dalam pembangunan sektor kebudayaan nasional.
Pengetahuan tentang kriteria sebuah warisan zaman dulu dapat diklasifikasikan sebagai cagar budaya masih minim di tengah masyarakat Indonesia.
Pada Juli lalu, kolektor seni asal Australia, Michael Abbot telah menghibahkan enam lembar Al-Quran tulis tangan abad ke 17 kepada Museum Negeri NTB.
Selama kunjungan ke Burkina Faso pada 2017, Presiden Prancis Emmanuel Macron berjanji untuk mengembalikan ‘warisan’ Afrika ini dalam waktu lima tahun.
Benda-benda yang disita itu antara lain, patung gajah batu kapur dari Timur Tengah kuno hingga sebuah patung abad ketujuh dari Tiongkok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved