Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sedari Awal Tidak Ada Kebijakan Pemusnahan Babi di Sumut

Yoseph Pencawan
13/2/2020 18:16
Sedari Awal Tidak Ada Kebijakan Pemusnahan Babi di Sumut
Demo tolak pemusnahan babi di Sumut.(MI/Yoseph Pencawan)

GUBERNUR Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi memastikan tidak ada kebijakan pemusnahan hewan babi. Bahkan sejak awal wabah African Swine Fever (ASF) atau Virus Flu Babi Afrika merebak di Sumut.

Edy menjelaskan, permasalahan ternak babi sudah dibahas Pemprov Sumut sejak 25 September 2019 atau sejak pertama kali dirinya mengetahui ada tindakan pembuangan bangkai babi di beberapa sungai di daerahnya.

"Pada hari itu saya mengumpulkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Saya ingin mendapat jawaban mengapa banyak babi mendadak mati," ungkap Edy saat rapat dengar pendapat di DPRD Sumut, Kamis (13/2).

Ketika itu, lanjut Edy, dirinya mendapat laporan ada 29 ribu ekor babi mengalami kematian. Lalu, Pemprov Sumut menyurati Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian.

Surat itu kemudian ditindaklanjuti pusat pada 4 November 2019 dengan kedatangan Komisi IV DPR RI ke Sumut. Sebelum kedatangan DPR, ia belum tahu bahwa babi-babi tersebut mati akibat terpapar wabah Hog Cholera atau penyakit sampar babi.

Namun dirinya sudah melarang pembuangan bangkai babi ke sungai. Edy pun membentuk tim dari berbagai unsur aparat untuk membantu masyarakat yang mengalami kematian ternak babi.

Pemprov Sumut juga menurunkan alat-alat berat, seperti eskavator, untuk menggali tanah dan menguburkan bangkai-bangkai babi. Selain itu ia juga melarang peternak babi membawa keluar binatang peliharaannya yang sakit dari kandang.

Pelarangan ini untuk mencegah paparan wabah semakin luas. Kemudian Pemprov Sumut juga membantu peternak membersihkan kandang babi. Lalu datanglah Komisi IV DPR dan dibahaslah semua permasalahan babi di Sumut.

Selanjutnya diterjunkan tim ahli untuk mengecek dan disimpulkan bahwa babi-babi tersebut mati akibat terpapar wabah African Swine Fever (ASF) atau Virus Flu Babi Afrika. Sampai saat ini virus tersebut belum ada obatnya.

Namun wabah ini tidak menular ke binatang yang lain, begitu juga terhadap manusia. Wabah ini menular hanya kepada babi. Setelah mengetahui hal tersebut Pemprov Sumut kemudian mendirikan posko pengawasan dan melarang babi keluar dari wilayah Sumut. Itu lah hasil dari pertemuan antara Pemprov Sumut dengan Komisi IV DPR.

Dalam pertemuan sempat mengemuka wacana pemusnahan terhadap binatang tersebut, tetapi hal tersebut tidak dilakukan. "Itu karena ASF berbeda dari wabah lain seperti Flu Burung," tegasnya. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya