Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
SUDAH 18 bulan warga pesisir Pulau Natuna merasakan kerugian turunnya produksi hasil laut. Selain karena hadirnya kapal nelayan asing dan coast guard Tiongkok, padamnya listrik selama 14 jam setiap hari juga menjadi penyebabnya.
Warga pesisir Natuna mulai merasakan akses listrik terbatas pada bulan Agustus 2018 hingga kini. Daerah yang merasakan ialah Pulau Tiga, Kabupaten Natuna. Daerah tersebut hanya merasakan listrik mulai pukul 17.00 hingga 07.00 WIB, selebihnya listrik padam.
Baca juga: Terima Gelar Doktor, Orasi Ilmiah JK Soal Kesejahteraan Bangsa
Warga Pulau Tiga, Dedek Ardiansyah, mengatakan bahwa saat ini listrik menyala selama 14 jam, padahal warga sekitar yang memiliki mata pencarian sebagai nelayan sangat membutuhkan listrik 24 jam.
"Tentu sangat membutuhkan (listrik) karena untuk produksi es rumahan dan produksi industri rumahan tangga untuk pembuatan abon ikan, kerupuk ikan, kerupuk cumi, dan lainnya. Selain itu, listrik padam saat siang hari," Kata Dedek di Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Senin (13/1).
Jumlah penduduk Pulau Tiga sendiri berjumlah 2.032 orang yang berasal dari empat desa yaitu Desa Pulau Tiga, Desa Tanjung Kumbik Utara, Desa Selading, dan Desa Setumuk.
Dengan minimnya listrik, tentunya menghambat kegiatan warga. Padahal di daerah tersebut memiliki kantor pejabat daerah, puskesmas, dan beberapa fasilitas pendidikan.
Kerugian terus dirasakan oleh produsen warga lokal karena kualitas bahan yang dibuat tidak maksimal serta perlu mengeluarkan sejumlah uang untuk menyewa genset demi menghidupkan listrik secara mandiri.
"Untuk kerugian terbatasnya produksi kerupuk cumi, abon ikan, kerupuk ikan, dan pembuatan es rumahan tidak maksimal jadi mengakibatkan sering ikan kita busuk saat kita simpan di kulkas atau di cool box," ungkap Dedek.
Warga Pulau Tiga pun menggunakan fasilitas mesin perusahaan daerah yang bertahan 12 jam untuk mengganti padamnya listrik tersebut. Namun, warga perlu membayar iuran.
"Dengan mengunakan fasilitas mesin perusahaan daerah untuk mengaktifkan kita bersifat gotong royong setiap rumah kumpulkan uang ada yang Rp5.000 sampai Rp15.000 supaya bisa menghidupkan genset perusahaan daerah," tandasnya.
Baca juga: Reses Usai, DPR Buka Masa Sidang II
Sementara itu, Wakil Bupati Natuna, Kepulauan Riau, Ngesti Yuni Suprapti, menyampaikan bahwa pemerintah kabupaten Natuna sudah berulang kali mengirim surat ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) terkait kondisi listrik di Pulau Tiga.
"Meski begitu alhamdulillah 100% listrik (nyala) di Natuna. Hanya di wilayah Pulau Tiga 14 jam. Ini harus jadi perhatian PLN agar 24 jam, tapi belum ada jawaban dari PLN. Hanya menunggu jawaban, kalau tidak ada jawaban lapor ke Presiden saja," tutup Ngesti. (OL-6)
Dia mengimbau kepada seluruh kepala organisasi perangkat daerah (OPD) agar lebih ketat dalam mengawasi kehadiran dan aktivitas para bawahannya selama jam dinas.
Seluruh proses dilakukan untuk menjamin mutu pangan yang diterima masyarakat. Selain menjaga kualitas, pendistribusian bantuan juga diawasi agar tepat sasaran.
Instruksi tersebut diumumkan dalam rapat koordinasi persiapan penilaian Geopark Nasional, yang digelar pada Senin (21/7).
KEPALA BPIP Yudian Wahyudi menyebut kehadiran nilai-nilai Pancasila di Kabupaten Natuna bukan hanya sekedar slogan, melainkan sebagai kekuatan hidup yang terwujud di NKRI
Banyak anak yang sudah putus sekolah ternyata enggan kembali bersekolah, bahkan sebagian sudah melewati usia sekolah dasar.
KEJAKSAAN Negeri (Kejari) Natuna menetapkan dan menahan dua orang tersangka berinisial ER dan ES dalam kasus dugaan korupsi program rehabilitasi mangrove di Desa Pengadah, Kabupaten Natuna.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved