Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jaga Kasih Sayang Keluarga Lewat Membaca

Lilik Darmawan
27/9/2019 14:14
Jaga Kasih Sayang Keluarga Lewat Membaca
Hendarti penggiat perpustakaan keliling dan mengumpulkan sampah untuk diolah kembali.(MI/Lilik Darmawan )

"LEGAN golek momongan. Peribahasa berbahasa Jawa itulah yang kerap disematkan kepada Raden Roro Hendarti, 46, warga Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, Jawa Tengah (Jateng). Peribahasa tersebut artinya orang yang memilih mencari kesusahan. Apa yang disampaikan oleh masyarakat itu ada benarnya juga. Seharusnya, sebagai seorang perangkat desa, Hendarti, apalagi sebagai perempuan, cukup bekerja dan mengasuh anaknya di rumah. Tetapi, baginya hidup semacam itu seperti tidak ada tantangannya.

Meski sebagai seorang pekerja dan ibu rumah tangga, Hendarti masih tetap peduli terhadap masyarakat, khususnya untuk anak-anak, remaja, dan perempuan. Sudah bertahun-tahun, ia tetap konsisten untuk berkeliling, meminjamkan buku-buku kepada masyarakat, terutama pra ibu dan anak-anak. Bahkan, sekarang orang yang menjadi pelanggan perpustakaan keliling kian bertambah.

"Para ibu yang aktif, sudah sekitar 200 orang dari sebelumnya sekitar 150 orang," kata Hendarti kepada Media Indonesia pada Rabu (25/9).

Saat berkeliling kampung, ke posyandu, dan sekolah-sekolah, Hendarti membawa sepeda motor roda tiga. Di motornya tersebut ada rak untuk menyimpan buku. Selain itu, ada juga bak terbuka di belakang sebagai wadah sampah-sampah non organik, terutama plastik yang dikumpulkan dari rumah warga.

"Jadi, saya meminjamkan buku sekaligus ambil sampah. Makanya perpustakaan keliling. Dan yang ada di rumah saya namakan Limbah Pustaka. Memang, peminjamnya wajib memberikan sampah plastik atau anorganik lainnya. Tujuan paling utama perpustakaan ini adalah meningkatkan literasi warga dan anak-anak desa. Jangan sampai, mereka
hanya main HP atau menonton televisi melulu," ungkapnya.

Literasi warga yang dirintis Hendarti semakin lama mendapat perhatian dari warga. Bahkan, kini dirinya kerap kekurangan buku, khususnya cerita bergambar yang dikhususkan bagi anak dan ibu.

"Saya merasa gembira, karena masyarakat khususnya di desa ini masih tetap antusias untuk meminjam buku. Karena dengan buku, hubungan antar anak dan ibunya lebih terjalin baik sehingga kasih sayang dari ibu ke anaknya tetap terjaga. Itulah salah satu tujuannya," tegasnya.

Hendarti lantas memberikan gambaran kalau di Desa Muntang, pada umumnya, para ibu muda bekerja menjadi buruh pabrik. Anak-anaknya banyak yang dititipkan kepada neneknya.

"Karena waktu interaksi dengan anak-anaknya terbatas, maka mereka didorong untuk meminjam buku. Tentu saja, buku untuk anak-anaknya. Sehingga pada sore atau malam hari, setidaknya setengah atau satu jam, mereka bisa menceritakan anak-anaknya melalui buku yang dibaca. Ini juga bentuk perhatian dan kasih sayang orang tua kepada buah hatinya. Sepertinya sederhana, tetapi sebetulnya sangat mengena," ujar Hendarti.

Bahkan, beberapa waktu mendatang, Hendarti sebagai pengelola Limbah Pustaka akan bekerja sama dengan relawan untuk memberikan edukasi kepada para ibu, khususnya mereka yang bekerja.

"Para ibu akan dibekali bagaimana cara merawat dan mendidik anak-anak mereka. Harapannya, mereka akan tetap menjadi seorang ibu meski tetap bekerja,"katanya.

Meningkatnya literasi warga dengan membaca, ternyata berdampak juga bagi masyarakat.

"Mereka yang kerap membaca buku, entah buku apa saja, relatif lebih bijaksana dalam mendidik anaknya, tidak mengumbar kemarahan. Mereka juga lebih gampang dinasihati. Benar-benar saya rasakan itu," ungkapnya.

Tak Mudah

Sebagai pengelola perpustakaan, perjalanan Hendarti tidaklah mudah. Ia mau mau bersusah payah meningkatkan literasi warga dimotivasi atas hobinya sendiri.

"Sejak kecil, saya sudah suka membaca buku. Bahkan, tahun 1980-an, pada teknologi informasi masih terbatas, sepertinya hanya buku yang menjadi tumpuan untuk meningkatkan pengetahuan. Dulu adanya hanya perpustakaan di desa. Kebetulan ibu saya kepada desa (Kades) Muntang, maka saya sering ke perpustakaan desa untuk membaca," terang Hendarti.

Waktu berlalu, selepas kuliahnya rampung, ia kembali ke desa pada 2001 silam. Hendarti prihatin, karena pada saat ke balai desa, perpustakaan tidak terurus. Buku-bukunya berdebu dan sebagian rusak. Ia kemudian mendirikan PAUD di rumah dan memindahkan buku-buku perpustakaan di balai desa ke PAUD pada 2007. Dalam perkembangannya, PAUD terus berkembang dan ia pun mendapat bantuan buku dari perpustakaan daerah pada 2011 sebanyak 60 buku.

Guna mendorong anak-anak mau datang dan meminjam buku, Hendarti memberikan hadiah kepada mereka yang datang ke perpustakaan. Bagi anak yang datang 10 kali mendapat pulpen, dan 20 kali memeroleh penggaris. Hal itu dilakukan, sebab koleksi buku semakin bertambah, apalagi pada 2012-2013 ada bantuan 1.000 buku dari perpustakaan nasional (Perpusnas).

Hendarti masih belum puas, hingga akhirnya dia berkeliling ke rumah-rumah. Sebab, warga yang datang ke rumahnya untuk pinjam buku turun jumlahnya. Tahun 2016, mulailah dia berkeliling dengan menggunakan motor roda tiga bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Purbalingga. Ia mendapat bantuan motor, karena Hendarti mulai membangun bank sampah yang berpusat di halaman rumahnya.

Pada awalnya ada 100 rumah, kemudian saat sekarang sudah ada 200 rumah. Setiap bulan setidaknya ada 1 kuintal sampah anorganik seperti plastik, bekas botol air mineral, gelas plastik, kaca, gelas, dan lainnya yang dikumpulkan.

Ia kemudian membentuk kelompok Limbah Pustaka yang terdiri dari para ibu. Mereka diberi keterampilan bagaimana membuat kerajinan dari bekas limbah untuk menjadi barang yang bernilai ekonomis. Kelompok ini kemudian berkreasi menghasilkan produk-produk dari bahan bekas. Misalnya membyat tas dari limbah bekas dijual dengan harga Rp25 ribu hingga Rp60 ribu. Ada juga aktivitas memproduksi makanan kecil.

Hendarti menambahkan, kini bersama dengan teman-teman pegiat perpusatakaan membentuk Komunitas Pegiat Literasi Purbalingga (Kopelit Bangga).

baca juga: Kepala BNPB Kunjungi Wilayah Terdampak Gempa Maluku

"Dengan adanya komunitas, maka kerja sama di bidang literasi akan semakin kuat. Bahkan, ke depan kami juga merencanakan untuk memberdayakan UMKM yang ada. Berdasarkan pengalaman selama ini, warga yang mengikuti pelatihan keterampilan, ternyata mampu mempraktikkan. Misalnya saja, pembuatan stik tahu atau membuat manisan dari terong. Selain terus mengadakan pelatihan, kami juga akan membantu memasarkan," tegasnya. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya