Headline
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.
KEBAKARAN hutan dan permukiman di wilayah Kabupaten Wonogiri terus mengancam di puncak musim kering tahun ini. Sedikitnya sejak pertengahan Juli hingga akhir Agustus kemarin, sudah terjadi 11 kasus kebakaran hutan di Wonogiri.
"Sudah puluhan hektar tanaman jati, mahoni di hutan rakyat dan Perhutani terbakar. Kerugian sekitar Rp800 juta. Jika diakumulasi dengan kebakaran di tengah permukiman yang mencapai 26 kasus, kerugian mencapai lebih dari Rp1,6 miliar," ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto kepada Media Indonesia, di Wonogiri, Senin (2/9).
Menurut dia, kalangan petani hutan rakyat harus mewaspadai munculnya titik api. Sebab dari 11 kasus hutan yang hangus sejak Juli, lebih banyak hutan rakyat yang terbakar, ketimbang hutan milik Perhutani.
"Dan kami peringatkan, teman-teman petani hutan rakyat atau warga yang tinggal di dekat kawasan hutan. Jangan sampai sengaja membakar, karena proses hukum pasti menanti," kata Bambang Haryanto.
Begitu halnya kepada masyarakat luas, juga dihimbau untuk hati-hati saat membakar sampah di permukiman. Sebab banyak kasus kebakaran di wilayah permukiman karena kecerobohan.
"Ada juga yang berasal dari api kompor atau korsleting listrik. Pada musim kering dengan angin yang cukup kencang, api cepat merembet dan meluas. Jadi semua harus hati-hati," imbuh dia.
baca juga: 120 Caleg DPRD Provinsi Jabar Resmi Dilantik
Saat ini, lanjut dia, relawan BPBD Wonogiri tidak kenal lelah patroli untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya titik api, sehingga cepat bisa dipadamkan. Kasus terakhir hutan terbakar terjadi di dua dukuh yang ada di Desa Jendi, kecamatan Selogiri.
"Sudah berhasil kita padamkan bersama unsur relawan, TNI-Polri dan masyarakat," pungkas dia terkait kebakaran di dua lahan hutan rakyat pada 31 Agustus lalu di Jendi. (OL-3)
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Riau sejak 24 hingga 31 Agustus 2025.
Sebagai negara dengan area hutan yang didominasi oleh lahan gambut, komitmen pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan dan mitigasi karhutla dinilai masih harus terus ditingkatkan.
Berdasarkan informasi, bibit kelapa sawit yang ditanami telah mencapai seluas 1 hektare (ha) di lokasi karhutla yang menghanguskan sekitar 50 ha lahan gambut.
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Provinsi Jambi selama 10 hari, sejak 10 hingga 19 Agustus 2025.
BNPB mencatat luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di enam provinsi prioritas tahun ini relatif kecil, hanya sekitar 3.000 hektare
Sejumlah langkah strategis yang dilaksanakan oleh Polri, TNI, BNPB, BMKG, instansi terkait, relawan dan elemen masyarakat, khususnya di Kalbar sudah berjalan baik dan kompak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved