Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
KEMARAU panjang memicu terjadinya kekeringan dan krisis air bersih menyebabkan meningkatnya kassus diare dan ispa di Kabupaten Flores Timur. Data dari dinas kesehatan Flores Timur menyebutkan penyakit paling banyak terjadi di musim kemarau adalah infeksi saluran pernapasan akut (ispa) dan diare. Dalam kurun lima bulan terhitung dari Januari hingga Mei tercatat 18.079 kasus ispa, dan 892 kasus penyakit diare.
Kepala Dinas Kesehatan Flores Timur, Ogi Silimalar melalui Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Sudirman Kia, mengatakan saat ini para petugas kesehatan terus memantau dan meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ispa dan diare.
"Ada dua jenis penyakit yang saat ini meningkat akibat kemarau, yaitu penyakit ispa yaitu gangguan pernapasan seperti batuk dan pilek karena musim kemarau ini sering berdebu, angin yang cukup keras serta terjadinya perubahan suhu, sehingga kasus ispa ini meningkat. Selain itu kami pun waspada terhadap penyakit diare yang saat ini juga meningkat karena mulai berkurangnya air bersih akibat kekeringan," ujar Sudirman, Senin (5/8).
baca juga: Operasional KA di Bandung Sempat Terganggu Saat Listrik Padam
Sudirman menambahkan bahwa dari laporan 21 puskesmas yang ada di Flores Timur memang terjadi peningkatan penyakit ispa dan diare, yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa. Pasalnya dalam kurun waktu lima bulan mulai Januari hingga Mei ada 18.079 kasus ispa. Sedangkan kasus diare sebanyak 892 kasus.
"Kami berharap warga harus mulai membiasakan pola hidup sehat untuk membentengi diri dari penyakit, dan menjaga kebersihan lingkungan," pungkasnya. (OL-3)
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, bahkan pada malam hingga pagi hari suhu udara dapat mencapai di bawah 14 derajat celcius.
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved