Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
DEBIT air di 70 titik jaringan irigasi di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, rata-rata menyusut hampir 30%. Bahkan ada sebagian di antaranya yang sudah kering sama sekali.
"Hasil pantauan kami di lapangan, rata-rata secara akumulasi, debit air di aliran-aliran sungai sudah turun hampir 30%," tutur Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Cianjur, Wiguno Prihantono kepada Media Indonesia, Rabu (31/7).
Ia mencontohkan di irigasi aliran Sungai Cihea. Dalam kondisi normal, debit air di Sungai Cihea di kisaran 17 ribu liter per detik. Memasuki pekan pertama Juli atau saat kemarau, debit airnya turun drastis menjadi sekitar 4 ribu liter per detik.
"Kondisi serupa terjadi di aliran Sungai Leuwi Bokor di Kecamatan Cikalongkulon. Dalam kondisi normal debit airnya di kisaran 15 ribu liter per detik. Sekarang turun jadi 1.800 liter per detik. Tapi ada juga yang masih bagus debitnya. Seperti di Sungai Cijedil. Masih cukup normal," jelasnya.
Menyusutnya debit air di jaringan-jaringan irigasi bakal berdampak cukup signifikan terhadap pasokan air ke lahan-lahan pertanian. Untuk irigasi yang masih terdapat debit air, kata Wiguno, diupayakan melakukan gilir giring bekerja sama dengan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mitra Cai di wilayah setempat.
"Tapi kalau untuk yang sudah tidak ada debit airnya, cukup sulit melakukan gilir giring. Seperti Irigasi Jebol di Kecamatan Mande. Dari data laporan yang kami terima, sudah tidak ada airnya. Sudah kering," sebut Wiguno.
Jaringan irigasi di aliran-aliran sungai di Kabupaten Cianjur terbagi ke dalam tujuh wilayah pengelolaan. Dalam kondisi normal, debit air dari irigasi yang dikelola bisa mengaliri sekitar 37 ribu lebih hektare lahan sawah di seluruh Kabupaten Cianjur. Dinas PUPR, sebut Wiguno, berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura menangani pasokan air ke lahan-lahan pertanian masyarakat. Termasuk berkoordinasi dengan BPBD dan Dinas Permukiman Kawasan Perumahan dan Pertanahan.
"Tapi kalau BPBD itu program penanganannya lebih diprioritaskan membantu penyaluran air bersih bagi masyarakat. Kalau Dinas Kimrumtan dan Dinas Pertanian fokusnya membuat sumur-sumur pantek," tuturnya.
Untuk membantu pasokan air, Dinas PUPR juga memiliki sekitar 60 situ dan embung tersebar di sejumlah lokasi. Namun Wiguno belum mendapat laporan spesifik embung dan situ mana saja yang mengalami kekeringan.
"Kami masih menunggu laporan datanya. Intinya, kami juga mengimbau kepada petani, saat kemarau seperti ini agar beralih menanam palawija daripada tanaman padi," pungkasnya.
Menyusutnya debit air di jaringan-jaringan irigasi cukup berdampak terhadap sektor pertanian, terutama bagi tanaman padi. Selama kemarau pada Juni-Juli, lahan pertanian yang terancam kekeringan mencapai seluas 4.152 hektare dan yang sudah terdampak seluas 3.737 hektare.
Lahan yang sudah terdampak kekeringan seluas 3.737 hektare rinciannya terdiri dari kekeringan ringan seluas 1.272 hektare, kekeringan sedang 979 hektare, kekeringan berat 889 hektare, dan puso 579 hektare. Sedangkan pada 2017 selama periode Juni-September seluas 360 hektare terdiri dari kekeringan ringan 277 hektare, kekeringan sedang 44 hektare, kekeringan berat 39 hektare, dan puso nihil. Sementara pada 2018 selama Juni-September seluas 668 hektare terdiri dari kekeringan ringan 606 hektare, kekeringan ringan 47 hektare, kekeringan berat 889 hektare, dan puso nihil.
baca juga: Warga Desa di Flores Tumur Harus Bergiliran Dapatkan Air Bersih
"Dibandingkan 2017 dan 2018, luasan lahan pertanian yang terdampak kekeringan melonjak drastis," terang Kepala Seksi Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian, Perkebunan, Pangan, dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Dandan Hendayana. (OL-3)
"Kami juga sudah mempersiapkan anggaran untuk operasional truk tangki penyuplai air bersih yang jumlahnya ada lima unit dengan kapasitas 5.000 liter dan 4.000 liter,"
AKIBAT tidak turun hujan dan krisis air saluran irigasi, kekeringan lahan sawah di Kabupaten Pidie, Aceh, semakin parah.
Di Desa Ceurih Kupula, Desa Pulo Tunong, Desa Mesjid Reubee dan Desa Geudong, puluhan ha lahan sawah mengering. Lalu tanah bagian lantai rumpun padi pecah-pecah.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
SIUMA menggunakan sensor kelembaban tanah berbasis IoT yang terkoneksi langsung ke grup WhatsApp petani, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan irigasi secara real time.
PERUBAHAN pola cuaca semakin nyata di Indonesia. Peneliti BRIN Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa musim hujan saat ini tak lagi berjalan secara reguler.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved