Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Cilacap, Jawa Tengah (Jateng) mewaspadai lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada bulan Februari.
Pasalnya, hingga akhir Januari kasus DBD di wilayah setempat mencapai 86 kasus. Pada tahun ini, kasus DBD melonjak drastis jika dibandingkan pada periode yang sama pada 2018 silam.
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular (P2M) Kuswantoro mengatakan pada tahun 2018 lalu, selama Januari hanya terjadi sebanyak 7 kasus. Akan tetapi pada Januari 2019, tercatat 86 kasus.
"Oleh karena itu, Dinkes Cilacap terus berusaha untuk mengantisipasi semakin meluasnya serangan DBD. Ada beberapa daerah yang perlu diwaspadai secara serius yakni Kroya, Adipala dan Binangun. Ketiga kecamatan merupakan daerah Cilacap bagian timur," jelas Kuswantoro, Minggu (3/2).
Baca juga: Dinkes Sleman Catat 30 Kasus DBD Selama Januari 2019
Menurutnya, kenaikan kasus DBD disebabkan beberapa faktor di antaranya adalah faktor curah hujan tinggi, mobilitas penduduk dan perubahan perilaku nyamuk.
"Berbagai upaya, akan kami lakukan di antaranya adalah pengasapan di daerah-daerah yang terjangkit kasus DBD. Yang tidak kalah penting adalah menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)," katanya.
Berdasarkan catatan Dinkes Cilacap, pada 2018 lalu di kabupaten setempat terjadi 156 kasus DBD. Dari jumlah tersebut, seorang di antaranya meninggal. (OL-3)
Jambu biji kaya vitamin C, quercetin, dan trombinol yang membantu meningkatkan trombosit dan mempercepat pemulihan pasien demam berdarah (DBD).
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI merilis data terbaru mengenai tren kasus dan kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved