Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
JUMLAH kader juru pematau jentik (Jumantik) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, masih relatif kurang. Saat ini jumlahnya hanya sekitar 200-300 orang.
"Sebetulnya belum semua kita data. Di seluruh kecamatan jumlahnya sekitar 200 hingga 300 orang. Masih kurang sih," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Neneng Efa Fatimah, Minggu (3/2).
Peran tugas Jumantik lebih diarahkan ke pemantauan keberadaan jentik-jentik nyamuk penyebab demam berdarah dengue (DBD). Efa mengatakan program Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) sangat penting sebagai upaya mencegah dini penyebaran DBD akibat nyamuk aedes aegypti.
"Sebetulnya dari jauh-jauh hari. Dari tahun-tahun sebelumnya harus dilakukan. Bahkan sudah ada Perbup-nya. Kalau tidak salah nomor 4/2016," terangnya.
Baca juga: DBD di Riau Melonjak, Renggut 2 Korban Jiwa
Intisari dari perbup itu lebih kepada instruksi dibentuknya Jumantik di setiap rumah. Program itu pada prinsipnya memberdayakan masyarakat.
"Dalam satu rumah ada orang yang ditunjuk menjadi jumantik. Di tiap RT (rukun tetangga) itu setiap rumah harus ada petugas jumantik. Tapi kita belum bisa semuanya secara serentak," tuturnya.
Setiap petugas jumantik, kata Efa, selain dibekali materi pemahaman berkaitan dengan ciri-ciri jentik nyamuk serta penanggulangannya, juga dilengkapi dengan berbagai peralatan pendukung lainnya.
"Peralatan itu berada dalam satu tas," ungkapnya.
Selama Januari 2019, di Kabupaten Cianjur terdapat 90 orang terjangkit DBD. Dua orang di antara yang positif DBD itu meninggal dunia. Mereka merupakan warga Desa Sukamahi Kecamatan Sukaresmi dan Kelurahan Sayang Kecamatan Cianjur.
Namun Pemkab Cianjur belum menetapkan status siaga DBD. Penyebabnya, jumlah kasus DBD selama Januari 2019 tidak mencapai dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
"Selama Desember terdapat 60 kasus DBD. Mulai terpantau ada peningkatan (jumlah kasus DBD) terjadi sejak Agustus," tandasnya. (OL-3)
Jambu biji kaya vitamin C, quercetin, dan trombinol yang membantu meningkatkan trombosit dan mempercepat pemulihan pasien demam berdarah (DBD).
KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) RI merilis data terbaru mengenai tren kasus dan kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sepanjang tahun 2025.
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, pencegahan agar nyamuk tidak berkembang biak dapat dilakukan dengan menerapkan prinsip 3M Plus dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk.
MUSIM kemarau basah merupakan kondisi yang memungkinkan timbul dan merebaknya berbagai penyakit. Di antaranya seperti demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Sejumlah faktor turut memperparah penyebaran penyakit DBD yakni tingginya mobilitas penduduk, perubahan iklim, dan urbanisasi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved