Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BBM Subsidi Langka, Nelayan Nagan Raya Tak Melaut

Amiruddin Abdullah Reubee
30/12/2018 12:45
BBM Subsidi Langka, Nelayan Nagan Raya Tak Melaut
.(MI/Amiruddin Abdullah Reubee)

RATUSAN nelayan tradisional di Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, sejak sepekan terakhir tidak melaut. Pasalnya di kawasan setempat semakin langka mendapatkan BBM bersubsidi jenis solar (bio solar).

Padahal itu merupakan kebutuhan utama sebagai bahan bakar mesin kapal motor kayu yang dipakai nelayan. Adapun BBM nonsubsidi dengan golongan sejenis tidak diminati lantaran biaya yang dikeluarkan nelayan akan membengkak. Mereka mengalkulasi antara biaya yang dikeluarkan dengan yang diperoleh dari hasil tangkapan.

"Kalau bio solar harganya lebih murah yaitu sekitar Rp5.150 per liter, sedangkan dexlite mencapai Rp10.500 per liter. Itu kan berbeda jauh sehingga harga dexlite tidak sesuai dengan perolehan hasil tangkapan ikan nelayan kecil," kata nelayan tradisional di Kecamatan Kuala Pesisir, Nagan Raya, Abdi, kepada Media Indonesia, Minggu (30/12).

Akibat kelangkaan BBM jenis solar bersubsidi, nelayan Nagan Raya yang biasanya beraktivitas mencari ikan di perairan laut Samudera Hindia, kini menganggur.

Ratusan kapal kayu harus parkir di pesisir pantai atau musra sungai. Di Kuala pesisir misalnya, puluhan kapal milik nelayan tradisional terparkir di tepi pantai.

Baca Juga: Nelayan Kotabaru Desak Pertamina Tambah SPBN

Untuk menutupi kebutuhan nafkah keluarga, sebagian dari mereka beralih menjadi kuli bangunan. Sementara, lainnya menjadi buruh tani. Ada juga yang memenuhi kebutuhan hidup dengan berutang pada warung atau toko langganan.

"Hendak pergi ke laut, terkendala kelangkaan bahan bakar bersubsidi. Kalau berhenti begini, semakin terbebani biaya hidup keluarga," ujar nelayan lainnya, Junaidi.

Pemerhati masalah sosial nelayan Aceh, Muhammad Haiqal, mengharapkan pemerintah atau pihak terkait menanggapi serius persoalan yang dihadapi Aceh termasuk pelaut di Nagan Raya. Karena terkendalanya aktivitas nelayan bisa merembet ke persoalan lain yang lebih serius dan menyeluruh.

Apalagi kerja keras nelayan tidak jauh beda dengan peran petani. Sebulan mereka tidak bekerja, bisa berimbas ke seluruh lapisan masyarakat. Persoalan yang mereka hadapi adalah hal serius dan tidak boleh didiamkan.

"Kalau mereka bekerja normal seolah-olah kehadirannya tidak tampak. Tapi coba kalau mereka tidak bekerja, pasti kita semua terusik. Pasalnya, kebutuhan pokok belum bisa tegantikan dengan batu bara, bahan logam atau hasil galian dalam perut bumi lainnya, " tutur Muhammad Haiqal.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya