Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
DARI atas sepeda motornya, Kepala Kampung Teluk Kiluan, Kadek, menginformasikan agar warga desa siap-siap meninggalkan rumah mereka karena status Gunung Anak Krakatau naik menjadi siaga atau level III.
Desa di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung, itu persis berada di pesisir pantai yang berhadapan langsung dengan Anak Krakatau dan amat mungkin diterjang tsunami bila gunung itu kembali erupsi seperti Sabtu (22/12) malam.
"Siang ini (kemarin) ribuan warga langsung pergi ke pengungsian atas inisiatif sendiri. Ada warga menuju ke pegunungan, perkebunan, dan ke rumah famili mereka di ketinggian," kata Kadek, kemarin.
Tanpa ada yang mengatur, lanjut Kadek, warga yang mengungsi umumnya anak-anak dan para ibu, sedangkan penduduk laki-laki memilih berjaga di sekitar pantai sambil memantau gelombang laut.
"Bapak-bapak berjaga di sekitar pantai bersama aparat. Bantuan logistik dari bupati dan PMI hanya untuk kebutuhan dua hari ke depan. Kami minta dikirimi logistik seperti sabun dan terpal," ujar Kadek.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)mengimbau masyarakat di pesisir waspada menyusul peningkatan status Gunung Anak Krakatau dari level II (waspada) menjadi level III (siaga) mulai pukul 06.00 WIB kemarin. BMKG pun mengingatkan warga untuk menghindari pesisir dalam radius 500 meter hingga 1 kilometer (lihat grafik).
Kepala BPBD Kabupaten Lampung Selatan, I Ketut Sukarta, pun menurunkan pasukan untuk menjemput ribuan warga yang masih bertahan di Pulau Sebesi.
"Masih ada ribuan warga Sebesi harus dievakuasi dari pulau itu karena meningkatnya status Anak Krakatau. Kami menjemput mereka menggunakan kapal (TNI) Angkatan Laut. Sebelumnya, kami mengimbau warga untuk mengungsi, tapi masih ada yang mengabaikan. Sampai hari ini (kemarin), aparat gabungan sudah mengevakuasi 1.616 warga Pulau Sebesi," tutur Sukarta.
Bantuan kapal
PT Pelni juga menurunkan bantuan kapal untuk mengevakuasi penduduk dari Pulau Sebesi ke lokasi aman di Bakauheni, Lampung. Menurut Kepala Kesekretariatan Pelni Ridwan Mandaliko, hari ini perusahaan akan mengirimkan KM Sabuk Nusantara 66 untuk menjemput penduduk Pulau Sebesi yang belum dievakuasi.
"Kapal kembali ke Sebesi untuk menjemput penduduk yang belum terangkut kemarin. Selain mengangkut penduduk, kapal juga membawa bantuan beras, gula, susu bayi, minyak goreng, mi instan, selimut, air kemasan, terpal, dan biskuit," ungkap Ridwan.
Dalam pantauan Media Indonesia hingga kemarin petang dari pos pengamatan Pasauran di Kabupaten Serang, aktivitas Anak Krakatau masih berlangsung diikuti getaran dengan amplitudo 25 milimeter disusul suara dentuman berulang kali.
"Sudah membahayakan karena melontarkan batu pijar, awan panas, dan abu pekat. Masyarakat diminta menghindari aktivitas di pantai pada radius 500 meter hingga 1 kilometer untuk mengantisipasi tsunami susul-an," kata petugas pengamatan Pasauran, Deny.
Aktivitas vulkanis Anak Krakatau itu membuat warga Pandeglang yang bermukim di pesisir tidak nyaman. Menurut warga Kecamatan Labuan, Mulyono, suara gemuruh dibarengi petir itu membuat warga gelisah karena khawatir terjadi erupsi lalu menimbulkan tsunami susulan.
"Itu sebabnya banyak warga sudah mengungsi, tetapi ada satu-dua keluarga kembali lagi," ujar Mulyono. (Pra/Opn/Ind/Dhk/WB/X-3)
Masyarakat NTT diminta tetap tenang dan tidak terpancing dengan isu gempa dan tsunami yang beredar beberapa hari terakhir.
Dia menyebut informasi tersebut merupakan paparan peta bahaya wilayah Indonesia saat ini. BMKG selalu membuat potensi bencana dari ringan hingga terburuk.
Kabupaten Serang, Provinsi Banten, memiliki potensi risiko bencana tsunami mulai level sedang hingga tinggi.
Tanaman Butun, keben atau dikenal juga dengan putat laut ini pernah mendapat predikat sebagai Pohon Perdamaian di masa Bapak Presiden Soeharto.
Letak geografis Indonesia di pertemuan tiga lempeng, yaitu Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik menyebabkan Indonesia rawan mengalami gempa yang dapat memicu tsunami.
Saat kejadian, Nurjanah mengaku sedang berada di dalam rumah dan hendak bersiap untuk tidur bersama sejumlah anggota keluarga lainnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved