Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Dipadati Warga, Festival Mikul Buah Ajang Perkuat Identitas Budaya Betawi

Media Indonesia
16/6/2025 19:18
Dipadati Warga, Festival Mikul Buah Ajang Perkuat Identitas Budaya Betawi
Ilustrasi(Dok Ist)

WARGA Pasar Minggu memadati Festival Mikul Buah 2025 yang pertama kalinya digelar di Kelurahan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Bukan hanya warga, festival yang berlangsung pada 14-15 Juni 2025 ini, dihadiri tokoh masyarakat, anggota legislatif, pimpinan perusahaan, serta perwakilan dari berbagai instansi pendukung.

Ketua Bamus Betawi Jakarta Selatan Yusuf menyampaikan Festival Mikul Buah bukan sekadar acara seremonial, melainkan ajang untuk menumbuhkan semangat kebersamaan dan pelestarian kearifan lokal.

"Festival ini menjadi momentum penting untuk mempererat persaudaraan warga serta memperkuat identitas budaya Betawi sebagai warisan yang harus terus dijaga dan dilestarikan," ujar Yusuf.

Ia juga mengpresiasi semua pihak yang mendukung kegiatan tersebut. "Mari kita jaga semangat kebersamaan ini, dan semoga Festival Mikul Buah bisa jadi agenda rutin yang memperkuat identitas lokal,” ujarnya. Ade Suherman, anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta yang mewakili Ketua DPRD, berharap kegiatan ini dapat berlangsung setiap tahun.

Ia menyoroti hadirnya elemen khas Betawi seperti kerak telor, kembang kelapa, busana sadariah, dan kebaya sebagai simbol kekuatan budaya. “Saya harap festival ini terus dilakukan setiap tahun. Dulu, saya juga pernah merasakan suasana Mikul Buah di Pasar Minggu pada 1980-an."
Menurutnya, Festival Mikul Buah merupakan bentuk konkret pelestarian budaya Betawi yang harus terus digaungkan. “Budaya Betawi harus terus dikenalkan dan dilestarikan. Festival seperti ini adalah cara yang tepat dan efektif,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Wali Kota Jakarta Selatan M Anwar menegaskan pentingnya pelestarian budaya dan kearifan lokal sebagai bagian dari pembangunan karakter masyarakat, terutama di tengah derasnya arus globalisasi.. “Festival ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga jadi ruang pertemuan antargenerasi dan antarwarga untuk bersatu dalam semangat kebudayaan,” tuturnya.

Sebagai alumnus Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional (Unas), Anwar juga mengenang Pasar Minggu sebagai sentra buah dengan nilai sejarah yang tinggi.

“Banyak nama jalan di wilayah ini menggunakan nama buah, seperti Jalan Durian, Jalan Rambutan, dan Jalan Pepaya. Itu bagian dari warisan sejarah yang patut kita jaga,” tambahnya.

Ia turut menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. “Pengalaman saya di Jakarta Timur menunjukkan kerja sama antara RT, RW, LMK, dan ormas dapat menciptakan perubahan besar tanpa gesekan. Hal ini juga bisa diterapkan di wilayah ini,” jelasnya.

Bahkan, ia mengusulkan pembangunan patung buah sebagai simbol identitas Pasar Minggu sebagai pusat buah-buahan. Sebagai bentuk nyata pengabdian bagi masyarakat, Unas melalui Fakultas Ilmu Kesehatan dan UPT Marketing & Public Relations menghadirkan layanan pemeriksaan kesehatan gratis, seperti pengecekan kadar gula darah dan asam urat bagi pengunjung festival.

“Kami senang dapat berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat Kelurahan Pasar Minggu. Ini bagian dari implementasi CSR (corporate social responsibility) Unas sekaligus wujud nyata pengabdian kami kepada lingkungan sekitar,” ujar Manajer UPT Marketing & Public Relations Unas Marsudi.

Ia menambahkan Unas menyediakan beasiswa khusus bagi warga Kecamatan Pasar Minggu, termasuk melalui jalur afirmasi budaya Betawi.
Selain itu, Unas menghadirkan Inkorena G S Sukartono, dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Biologi dan Pertanian sebagai narasumber talkshow bertema Urban Farming. Sesi ini memberikan edukasi praktis bagi masyarakat mengenai konsep pertanian di wilayah perkotaan. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya