Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

25 Anak di Kebon Melati Belajar Literasi Keuangan, Bedakan Kebutuhan dan Keinginan

Iis Zatnika
30/5/2025 11:53
25 Anak di Kebon Melati Belajar Literasi Keuangan, Bedakan Kebutuhan dan Keinginan
Kegiatan literasi keuangan diikuti 25 anak warga Kebon Melati, Jakarta Pusat Rabu (28/5).(Dok Istimewa)

Di platform Thread, beberapa pekan ini mengemuka topik tentang keluhan seorang anak yang dibesarkan ayah dan ibu bekerja yang berkecukupan, namun gaya hidup keluarganya sangat pas-pasan. Ternyata, sang Ibu menyisihkan sebagian besar uang untuk membeli rumah kedua, ketiga, dan aset-aset tak bergerak lainnya.

Hingga saat keduanya wafat, gaya hidup tak sesuai dengan pendapatan itu masih berlangsung dan menimbulkan kondisi yang terbilang kurang mengenakkan buat anak-anaknya. Kini keturunannya kesulitan menjual aset-aset itu, padahal mereka memerlukan tambahan dana untuk berbagai kebutuhan.

Setelah diusut, keputusan untuk mengumpulkan aset itu dipicu oleh masa kecil sang ibu yang kesulitan ekonomi di masa kecil hingga dewasa sehingga memicu perilaku pengaturan keuangan yang menyalahi kaidah, investasi dioptimalkan, namun pemenuhan kebutuhan ditekan.

Diskusi tentang kondisi di masa kecil serta pentingnya literasi keuangan kini makin mengemuka. Orangtua, pendidik, dan berbagai lembaga kini mulai menyasar kalangan anak dan remaja untuk menanamkan literasi keuangan yang bisa menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan.

Kegiatan itu pula yang diikuti 25 anak binaan ISCO Foundation dari jenjang SD hingga SMA dan SMK di Kebon Melati, Jakarta Pusat, Rabu (28/5). Anak-anak itu binaan Indonesia Street Children Organization (ISCO), organisasi yang berfokus pada pemberdayaan anak-anak prasejahtera di Jakarta, Medan, dan Surabaya. Mereka bermain dengan papan permainan yang menguji sekaligus mengedukasi pengetahuan keuangan mereka. Mereka dipandu oleh tim Kinko, lembaga Pendidikan yang berfokus pada edukasi keuangan serta relawan dari MSIG Life dan MSIG Indonesia.

“Anak-anak belajar mengelola uang jajan, menabung, dan memahami pentingnya perlindungan sejak dini dengan cara yang menyenangkan dan relevan dengan keseharian mereka. Pendekatan dengan papan permainan ini menyenangkan dan dekat dengan keseharian anak-anak, sehingga kami berharap dapat menanamkan kebiasaan positif dan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya mengelola keuangan dan memiliki perlindungan asuransi,” ujar Direktur MSIG Life Herman Sulistyo.

Bagi anak-anak dari keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas, kata Direktur Eksekutif ISCO Foundation Julinda Dewi Simbolon, edukasi keuangan dibutuhkan untuk menanamkan kebiasaan menabung yang lazimnya belum familiar dengan keseharian mereka. “Anak-anak bisa memahami uang sebagai alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri. Mereka belajar menyusun rencana, membuat pilihan yang lebih bijak, dan membangun kebiasaan finansial yang sehat,” ujar Julinda.

Selama sesi bermain, anak-anak juga diajak menuliskan komitmen pribadi, langkah kecil yang akan mereka lakukan setiap hari, seperti menyisihkan uang jajan, sedikit demi sedikit, untuk ditabung. Program edukasi keuangan ini merupakan bagian dari fase pertama kolaborasi tiga tahun antara MSIG Life dan ISCO Foundation dalam program Pelita. Kegiatan ini mendukung 69 anak melalui pembiayaan pendidikan, peningkatan fasilitas belajar, pemberian makanan bergizi, dan pelibatan orangtua dalam proses pendidikan.

Dalam akun Instagram kinko.ai, disebutkan bahwa edukasi keuangan pada anak dan remaja dimulai dengan memberi kesempatan bagi mereka menyebutkan cita-citanya, serta kemudian mengurai tahapan yang harus ditempuh. Ketika mereka membutuhkan beasiswa, maka anak-anak juga dibimbing untuk mempersiapkan diri, serta menggunakan dana yang diperoleh dengan bertanggung jawab dan tak lupa menyisihkan uang, walaupun dengan nilai kecil, untuk menabung.  

Jurnal Ilmu Ekonomi Paradoks dan Januari 2025 menyebutkan, fenomena sandwich generation, atau generasi yang menanggung kebutuhan orangtua dan keluarganya menghadapi tekanan finansial kompleks, sehingga literasi keuangan akan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan dan pengambilan keputusan. Pendapatan yang terbatas sering kali membatasi kemampuan dalam mengelola keuangan secara optimal, mereka kesulitan menciptakan cadangan dana darurat, yang dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan finansial saat menghadapi situasi mendesak. Mereka rentan berutang serta mengambil keputusan investasi yang salah. (X-8) 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Iis Zatnika
Berita Lainnya