Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
SEJUMLAH dosen universitas Bina Sarana Informatika bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menggelar program Pengabdian Masyarakat sebagai bagian dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, Minggu (14/11). Kegiatan yang digelar secara daring ini diharapkan dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan dosen-dosen yang terdiri dari Maya May Syarah, Subroto Kardjo, Sri Wulandari, Fahmy Fotaleno, dan tiga mahasiswa, yakni Angga Milleniawan Dwiharjo, Syifa Dwi Indriani, dan Geraldi Naga Junior, itu berlangsung secara daring. Mereka mengusung tema Pelatihan Public Speaking untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dalam Mengatasi Problem Sampah di DLH Kecamatan Tebet, terutama di Kelurahan Tebet Barat, Tebet Timur, dan Menteng Dalam.
Menurut Maya May Syarah, besarnya jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Untuk itu perlu ada pengolahan sampah yang tepat agar bisa teratasi dengan baik. Selain itu, dalam menangani permasalahan sampah diharapkan muncul kesadaran dari seluruh masyarakat.
Agar kesadaran dapat terbentuk perlu ada kegiatan kampanye program sekaligus menyosialisasikan pentingnya menata dan mengolah sampah dengan baik. Karenanya, dibutuhkan kemampuan strategi komunikasi yang tepat untuk para petugas pengelola agar dapat mengedukasi masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga yang baik sehingga tidak mencemari lingkungan dan berdaya guna.
Maya pun memberikan tips agar para petugas kebersihan bisa lebih berani dan percaya diri untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada warga khususnya terkait pemilahan sampah. Menurutnya, ada lima jurus agar public speaking sukses dilakukan, di antaranya tentukan tujuan, spesifikasi yang jelas, dan mengenali audiens. "Tentu tujuan awal tadi yaitu pengangkutan sampah terjadwal, mengurangi volume sampah, dan ada pemilahan sampah. Jadi kita tahu dulu tujuannya ketika turun ke lapangan yang tentu sudah dibekali materi yang baik dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta," katanya.
"Kalau kita sudah tahu tujuannya, harus ada spesifikasi yang jelas. Maksudnya ada kalimat yang tepat dan positif untuk disampaikan ke warga. Kemudian harus bisa membentuk diri kita yang harus memberi kesan sebagai petugas di lapangan untuk mengajak kebaikan," tambahnya.
Subroto yang juga merupakan praktisi media menyinggung hal yang paling penting dalam hal public speaking yaitu mengenali audiens. Karakter dan tipikal warga harus diketahui dulu sebelum menyampaikan pesan. "Pentingnya mengenali audiens sehingga dapat memilih strategi komunikasi yang tepat untuk menyosialisasikan program-program penanganan sampah. Misalnya ketika melakukan pendekatan ke warga, perlu ada peran dari tokoh masyarakat, ustaz, atau pimpinan terkait di wilayah tersebut," pungkasnya.
Baca juga: Terekam Kamera CCTV, Maling Gasak Uang Kotak Amal di Mushola Pancoran
Safruddin petugas dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang sehari-hari bertanggung jawab atas sampah di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, menyambut baik pelatihan public speaking dari dosen dan mahasiswa UBSI. Dia mmengakui terdapat kendala dalam komunikasi di wilayah Tebet. "Kendala paling utama karena di Tebet Barat dan Timur ini kan banyak rumah mewah yang pemiliknya pasti memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dibanding petugas kami. Jadi, terkadang petugas di lapangan juga kesulitan untuk menyampaikan pesan agar mereka memilah sampah. Ya, mungkin mereka merasa lebih tahu dari petugas kebersihan," ungkap Safrudin. (RO/OL-14)
Pemerintah menyatakan akan membersihkan dan menata bangunan kumuh di sekitar TPA Sarimukti.
Penggunaan komposter memungkinkan masyarakat mengolah sampah organik menjadi kompos, mengurangi emisi metana, dan memperbaiki kualitas tanah secara lokal.
Program Adipura tidak lagi hanya menjadi simbol kota bersih, melainkan indikator strategis tata kelola persampahan modern, adil, dan berkelanjutan.
RDF Rorotan tetap menjadi salah satu strategi utama Pemprov DKI dalam mengatasi persoalan sampah, sembari menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi ke depan.
LEMBAGA Pemantau Penyimpangan Aparatur Daerah (LP2AD) menilai Refuse Derived Fuel (RDF) Rorotan bisa menjadi sebagai standar nasional dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Asep mengatakan selama ini sampah dari kawasan PIK masih dibuang ke TPST Bantargebang. Di sisi lain, Asep menyinggung soal kondisi Bantargebang yang sudah penuh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved