Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

DPRD Minta Pemprov DKI Kampanye Kekinian untuk Halau Pemudik

Putri Anisa Yuliani
07/5/2021 12:42
DPRD Minta Pemprov DKI Kampanye Kekinian untuk Halau Pemudik
Ilustrasi pemudik(MI/Dwi Apriani)

ANGGOTA Komisi B DPRD DKI Jakarta Muhammad Taufik Zulkifli mendorong agar pemerintah termasuk Pemprov DKI Jakarta menggunakan strategi yang lebih modern dan kekinian untuk mencegah warga mudik.

Ia mencontohkan kampanye dengan jargon atau slogan yang kekinian dapat digunakan guna lebih menyadarkan masyarakat akan potensi penularan covid-19 karena mudik serta menyadarkan bahwa silaturahmi tetap dapat terjalin meski dengan jarak jauh.

Dalam kampanye ini, figur berpengaruh atau influencer juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan kampanye tersebut. Di masa kini, masyarakat seringkali lebih dapat dipengaruhi oleh mereka ketimbang oleh pemerintah.

"Zaman medsos seperti ini para influencer muda mesti ikut bertanggung-jawab menyelamatkan negara kita dari covid-19. Misalnya dengan membalik pendapat bahwa 'mudik itu harus' menjadi 'Gak Mudik, Tetep Asyik' atau 'No Mudik, No Cry' atau 'Mudik?! Tinggal Click!'. Pokoknya hal-hal yang sekiranya bisa silaturahim itu tidak harus ketemu fisik," kata Taufik, Jumat (7/5).

Menurutnya, bersilaturahmi menggunakan teknologi informasi yang saat ini sudah sangat berkembang juga harus terus digaungkan. Hal-hal inilah yang membutuhkan kerja sama dengan tokoh berpengaruh muda yang terkenal di masyarakat.

"Itu salah satu alternatifnya. Walaupun cuma 'salah satu' tapi saya kira akan cukup efektif mengubah mindset masyarakat tentang mudik dan membantu mengurangi penyebaran virus Covid-19. Paling tidak, di kalangan para generasi muda kita. Yang prosentasenya makin lama makin besar," jelasnya.

Baca juga:  Soal Tempat Wisata, DPRD DKI Usul Buka yang Outdoor

Kedua adalah mengubah paradigma tentang 'mudik'. Di masyarakat Indonesia terutama Jakarta, mudik sudah sangat mendarah daging. Karena mindset ini sudah melekat erat di kalangan masyarakat perlu upaya ekstra keras untuk mengubahnya.

Ulama juga dapat berperan dalam mengubah paradigma ini dengan memaparkan hukum silaturahmi di saat wabah yang dulu juga pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW.

"Sepengetahuan saya yang wajib itu silaturahminya, bukan mudik nya. Kalaupun silaturahim harus dengan mudik, waktunya juga tidak harus di hari Lebaran. Ini demi kemashalatan yang lebih besar yaitu: menghindari masyarakat binasa karena covid-19," ujar anggota Fraksi PKS itu.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya