Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Teknologi Baru untuk Menekan Banjir Jakarta

Mediaindonesia.com
07/4/2021 17:22
Teknologi Baru untuk Menekan Banjir Jakarta
Petugas Suku Dinas Sumber Daya Air Jakarta Pusat mengerjakan pembuatan embung di Jalan Letjend Suprapto, Sumur Batu, Kemayoran.(MI/Andri Widiyanto.)

BAGI warga yang kediamannya bertetangga dengan 13 sungai di Jakarta, banjir sudah menjadi hal biasa. Setiap kali curah  hujan tinggi warga berbondong-bondong pindah ke lokasi pengungsian menjadi pemandangan lazim di Ibu Kota. Fungsi sungai seharusnya dapat mengalirkan air dari hulu ke muara dengan lancar.  

Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk menghilangkan banjir di Jakarta. Salah satunya pembangunan Bendungan Ciawi, Kabupaten Bogor, dan Sukamahi, Kabupaten Sukabumi, serta drainase vertikal yang digagas Pemprov DKI Jakarta. Akan tetapi, hingga kini upaya tersebut dianggap tak terlalu efektif di saat datang musim hujan.

Ada kabar baik tentang penemuan teknologi dari sistem pengendali banjir oleh Abdul Kadir dan Badransyah. Keduanya mematenkan teknologi temuannya ke Kemenkum dan HAM. Prinsip kerja dari teknologi ini yaitu memasukkan air dari kali/sungai sebanyak-banyaknya dengan cepat ke akuifer perut bumi dan menyimpannya sebagai cadangan (deposit) air. Seperti di DKI Jakarta, air tanah banyak dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari mulai dari air minum, memasak makanan, mencuci, hingga mandi.

PT Katama Suryabumi, perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan inovasi, menggandeng penemu teknologi sistem pengendali banjir itu untuk mencari solusi untuk mengatasi persoalan banjir di Jakarta. "Kerja sama ini berangkat dari keprihatinan persoalan banjir di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia. Karenanya perlu dicari solusi banjir yang efektif tetapi juga lebih ramah lingkungan," kata CEO PT Katama Suryabumi, Kris Suyanto di Jakarta, Rabu (7/4).  Katama Suryabumi dikenal sebagai pemilik inovasi konstruksi sarang laba-laba yang dirancang untuk bangunan-bangunan tahan gempa di Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh. Terkini, konstruksi ini dipakai untuk konstruksi Kampus Untirta di Sindangsari, Kabupaten Serang, yang belum lama ini diresmikan Presiden Joko Widodo.

Teknologi ramah banjir ini memungkinkan air yang berlimpah saat musim hujan dikembalikan lagi ke dalam tanah dalam waktu singkat untuk menjadi tabungan saat kemarau. Menurut Kris Suyanto,  teknologi ramah banjir ini pernah diuji coba di Tb Simatupang Jakarta Selatan, tepatnya dekat dengan lokasi Sekolah High Scope. Seharusnya uji coba teknologi ini berlangsung selama 20 tahun setelah mendapat disposisi dari Pemprov DKI Jakarta.

Mengingat masih uji coba, pembiayaan masih ditanggung penemu dengan masa pekerjaan November 2013 hingga Maret 2014. Selama uji coba itu, memang terbukti teknologi itu mampu mengatasi genangan yang kerap terjadi di kawasan itu. Sayang sebelum masa uji coba habis kawasan itu keburu dibangun jalan tol Depok-Antasari, sehingga seluruh teknologi itu pun lenyap di balik jalan beton.

Badransyah selaku penemu mengatakan teknologi ramah banjir miliknya berbeda dengan sumur vertikal yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta. Lubang yang dibuat untuk saluran air memiliki kedalaman tertentu hingga menembus batu tempat cadangan air. Teknologi ramah banjir ini menggunakan rangkaian pipa paralon yang disambung untuk mengalirkan air permukaan ke bawah tanah. Untuk mencapai kedalaman ideal sebelum dilakukan pengeboran dibuat tes sondir untuk mengetahui daya dukung tanah.

Kemudian yang tak dipikirkan dalam sistem drainase vertikal termasuk biopori yaitu kemungkinan dinding tanah luruh sehingga mengakibatkan sumbatan yang menghambat air masuk ke tanah. Badran menjelaskan sistem ini dirancang sedemikian rupa sehingga kecil kemungkinan terjadi penyumbatan. Bahkan air di permukaan terlebih dahulu melalui berbagai proses penyaringan sehingga yang masuk ke tanah benar-benar air yang bebas partikel.

Badran juga menyampaikan teknologi ramah banjir ini sudah melalui rangkaian uji coba sebelumnya. Salah satunya biaya operasi dan pemeliharaan. Setelah dihitung-hitung, sistem filter yang dibuat tidak butuh biaya dan waktu untuk perawatan. Cukup menggunakan tenaga PPSU/pasukan oranye untuk melakukan perawatan. Perawatan juga tidak perlu menggunakan peralatan mapun keahlian khusus.  Kendaraan pengangkut sampah berikut peralatan sudah cukup agar filter tetap terjaga untuk mengalirkan air.

Berdasarkan uji coba, teknologi ini mampu menggelontorkan air ke perut bumi dengan cepat. Dengan demikian musim hujan menjadi tabungan bagi air tanah. Sedangkan di saat kemarau, menjadi sumber air bersih bagi masyarakat Jakata yang masih menggunakan pompa. Teknologi ramah banjir ini dapat diterapkan untuk wilayah-wilayah yang selama ini tergenang banjir. Untuk daya tampungnya dapat disesuaikan dengan debit air yang datang saat daerah itu banjir. (RO/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya