Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
DAMPAK pandemi covid-19 dirasakan sangat memukul kalangan pusat perbelanjaan. Mal-mal di Ibu Kota, misalnya, disebut berada dalam kondisi semakin terpuruk. Pengunjung mal menurun drastis. Demikian pula omzet penjualan mereka.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menuturkan, kondisi tersebut diperparah dengan adanya penerapan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang membuat pusat perbelanjaan tambah babak belur.
“Sektor ritel dan tenant enam bulan ini dalam tekanan sangat berat. Lalu, kami menghadapi adanya PSBB jilid II dan restoran tidak bisa dine in. Saat ini kami dalam situasi yang sangat tidak baik,” ungkap Budihardjo dalam sebuah webinar di Jakarta, kemarin.
Ia mengatakan, sejak Maret sampai akhir September 2020 terdapat penurunan omzet yang drastis dari pusat perbelanjaan. Terlebih, beban yang dipikul pusat perbelanjaan dan penyewa tenant yakni harus membayar pajak tenant-tenant yang ada di mal.
“Omzet kami setahun Rp400 triliun lebih. Kalau 50% turun, jadi sekitar Rp200 triliun kerugiannya. Kami memohon kepada pemerintah membantu langsung. Ini efeknya panjang,” kata Budihardjo.
Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja menambahkan, akibat penerapan PSBB kembali, banyak tenant yang tutup atau kolaps.
“Akhirnya teman-teman di sektor food and beverage memilih untuk menutup sementara karena kalau dipaksakan pun
biaya pendapatan penjualannya tidak bisa menutupi biaya operasional,” jelas Alphonzus.
Hal itu, sebutnya, berakibat pada pegawai tenant. Ada yang dirumahkan dan ada pula yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena tenant yang tutup.
Dalam konteks itu, saat memimpin rapat terbatas, kemarin, Presiden Joko Widodo mengungkapkan keputusan penerapan kembali PSBB oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah merugikan masyarakat.
Pasalnya, kebijakan tersebut dinilai tidak efektif dalam menangani dampak covid-19, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.
Ia pun meminta Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional memberikan arahan kepada seluruh pemerintah kota, kabupaten, dan provinsi yang masih memiliki angka kasus positif tinggi untuk memberlakukan intervensi berbasis lokal saja. (Ins/Pra/X-6)
Kemampuan yang dimiliki itu dapat diasah sehingga mampu berpartisipasi dalam upaya peningkatan ekonomi di daerah, bahkan nasional.
Perekonomian NTB menjadi bergairah dengan adanya Fornas kali ini.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
Presiden Joko Widodo mengaku bingung dengan banyaknya istilah dalam penangan covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar hingga Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat.
Demi membantu UMKM untuk bangkit kembali, influencer Bernard Huang membuat gerakan yang diberi nama PSBB atau Peduli Sesama Bareng Bernard dii Kota Batam.
Kebijakan itu juga harus disertai penegakan hukum yang tidak tebang pilih, penindakan tegas kepada para penyebar hoaks, dan jaminan sosial bagi warga terdampak.
Dari jumlah tes tersebut, sebanyak 20.155 orang dites PCR hari ini untuk mendiagnosis kasus baru dengan hasil 6.934 positif dan 13.221 negatif.
Untuk menertibkan masyarakat, tidak cukup hanya dengan imbauan. Namun harus dibarengi juga dengan kebijakan yang tegas dalam membatasi kegiatan dan pergerakan masyarakat di lapangan.
Epidemiolog UI dr.Iwan Ariawan,MSPH, mengungkapkan, untuk menurunkan kasus Covid-19 di Indonesia, sebenarnya dibutuhkan PSBB seperti tahun 2020 lalu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved