Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pengamat Sebut Berbahaya Bagi Pesepeda Masuk Tol

Putri Anisa Yuliani
27/8/2020 14:50
Pengamat Sebut Berbahaya Bagi Pesepeda Masuk Tol
Warga bersepeda di jalan layang nontol (JLNT) Antasari-Blok M, Jakarta Selatan(MI/FRANSISCO CAROLIO HUTAMA GANI)

Direktur Eksekutif Intrans Deddy Herlambang menyebut berbahaya bagi pesepeda untuk diizinkan masuk jalan tol meski untuk sepeda balap yang pengemudinya sangat memikirkan keamanan dan keselamatan.

Hal ini ia sampaikan untuk menanggapi rencana Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta yang meminta izin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) agar pesepeda khususnya sepeda balap (road bike) bisa melintas di jalan tol lingkar dalam Cawang-Tanjung Priok khusus pada Minggu pukul 06.00-09.00 WIB.

Pemprov DKI meminta satu sisi, yakni sisi Barat digunakan khusus pesepeda pada waktu tersebut. Lalu, kendaraan bermotor hanya dapat menggunakan sisi Timur untuk dua arah.

Deddy memaparkan belajar dari penyelenggaraan Kawasan Khusus Pesepada (KKP) tiap akhir pekan di jalan layang non tol Antasari (yang kemudian ditiadakan), masih banyak pesepeda yang melintasi jalan layang tersebut.

"Akhirnya pesepeda yang masih nekat melintas, meski KKP ditiadakan di atas jalan itu, tertabrak kendaraan bermotor," kata Deddy dalam keterangan resminya, Kamis (27/8).

Skenario lain, apabila lajur sisi Barat tol tidak ditutup, sepeda juga berjalan bersama kendaraan bermotor. Untuk keselamatan pesepeda di tol, kecepatan kendaraan bermotor di tol akan dipaksa berjalan di bawah 60 kilometer (km) per jam.

Baca juga: DPRD Minta Batalkan Jalur Sepeda di Tol Bila tak Penuhi Syarat

Kemudian, mengingat jalur sepeda yang ada di tol tersebut bukan permanen, sehingga tidak mungkin dibuatkan pembatas beton sepanjang 16 km untuk pembatas keselamatan jalur sepeda.

"Lalu jalur sepeda di tol akan lewat di mana? Sementara bahu jalan tol sendiri untuk jalur darurat dan jalur patroli operator jalan tol," tegasnya.

Belum lagi ruas tol tersebut, imbuh Deddy, setiap hari termasuk akhir pekan dilewati truk-truk besar yang tentunya berjalan di jalur tol sebelah kiri. Alhasil, jalur sepeda dan jalur kendaraan besar (truk) akan dijadikan satu di sebelah kiri jalan tol. Ini sangat jelas tidak mungkin.

"Jalan tol harus kembali ke khitahnya sebagai jalan bebas hambatan agar cepat sampai tujuan," tegas Deddy.

Deddy menambahkan nampaknya secara teknis moda sepeda tetap sulit dilaksanakan untuk melintasi jalan tol ruas Cawang-Tanjung Priok.

Hal ini belum dihitung kerugian rupiah penyedia jasa jalan tol dan kerugian (waktu dan dana) bagi pengguna jalan tol lainnya bila jalan tol ditutup antara pukul 06.00–09.00 WIB.

Deddy menyarankan agar Pemprov DKI mengoptimalkan jalan reguler antara Cawang sampai Tanjung Priok di bawah ruas tol layang tersebut agar dipakai oleh sepeda. "Sebab seharusnya sudah ada jalur khusus sepeda di setiap jalan umum di DKI Jakarta," pungkasnya. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya