Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Dampak Gage, Angkutan Umum Makin Rentan jadi Klaster Covid-19

Putri Anisa Yuliani
03/8/2020 18:10
Dampak Gage, Angkutan Umum Makin Rentan jadi Klaster Covid-19
Penumpang KRL diperkirakan bertambah dengan adanya kebijakan ganjil-genap(Antara/Fakhri Hermansyah)

DIREKTUR Eksekutif Instran Deddy Herlambang memprediksi, kebijikan pembatasan kendaraan pribadi dengan ganjil genap, akan membuat sebagian pengguna kendaraan pribadi akan beralih menggunakan angkutan massal, termasuk MRT dan BRT.

Sebelum pandemi ketika pemberlakuan ganjil-genap resmi diperluas ke 25 ruas jalan September 2019, terjadi peningkatan rata-rata penumpang KRL sebanyak 7,4 % (KCI) dan bus rapid transit atau BRT (bus Transjakarta sebanyak 25%-30%.

"Bila merujuk persentase peningkatan penumpang tersebut, dipastikan akan terjadi peningkatan penumpang juga di angkutan umum massal ketika gage diberlakukan dalam masa pandemi covid-19," kata Deddy dalam keterangan resminya, Senin (3/8).

Menurut Data BPS DKI Jakarta Oktober 2018, jumlah kendaraan roda empat sebanyak 3.997.670. Saat ini bisa diasumsikan 4 juta mobil di Jakarta.

Perhitungan ini mendekati dengan data Perhimpunan Studi Pengembangan Wilayah tahun 2018, jumlah kendaraan bermotor yang beredar di jalan DKI Jakarta sebanyak 18 juta. Bila segmen mobil sebanyak 19,58 %, maka akan didapat jumlah mobil sebanyak 3.524.400.

Tentunya jumlah mobil tersebut di tahun ini akan berjumlah 3.947.328 (kenaikan 6% per tahun).

"Informasi dari Dishub DKI bahwa jumlah proporsi gage adalah seimbang 50,05% : 49,95% (50/50), maka 1.973.664 mobil akan digunakan setiap hari ketika gage diberlakukan. Namun, khusus pandemi kali ini ada pengkondisian 50% bekerja di rumah dan 50% kerja di kantor, bisa diasumsikan 986.832 akan mengunakan jalan raya sesuai gage dan tentu sisanya 986.832 yang mobilnya dilarang terkena kalender gage akan mencari angkutan umum untuk bekerja di Jakarta," jelas Deddy.

Baca juga : Kritik DKI, Ombudsman: Ganjil-Genap bukan Solusi Atasi Covid-19

Dari jumlah itu, Deddy menambahkan, kemungkinan masih ada 1 jutaan warga yang akan menggunakan angkutan umum, atau mungkin ada yang beli mobil atau sepeda motor baru. Tapi jumlahnya tidak akan signifikan ketika gage diberlakukan.

Jam gage berlaku pukul 06.00–10.00 WIB dan 16.00 – 21.00 WIB, sehingga ada skenario lain dengan menggunakan mobil di atas jam 10.00 WIB dan pulang jam 21.00 WIB ketika jam gage selesai. Namun, skenario ini yang masih sulit dihitung.

"Paling tidak kita ambil porsi 50% dari demand 1 juta pengendara tersebut, yakni 500ribu yang akan menggunakan KRL dan BRT untuk diberikan ruang sesuai protokol kesehatan," tambahnya.

Deddy menegaskan hal ini perlu antisipasi sejak dini. Antisipasinya pun dilakukan di hulu. Sebab, di sektor transportasi selalu menjadi korban penyebaran covid-19 menjadi klaster baru bila memang tiada ruang lagi untuk physical distancing.

"Mengingat kita belum mencapai puncak pandemi karena belum ada tren penurunan, pemberlakuan gage ini adalah 'gambling' kesehatan publik bila terpaksa menggunakan angkutan umum massal," ujarnya.

Menurutnya, lebih baik mengatur di hulu dengan mengatur sif' waktu bekerja daripada memberlakukan gage karena kondisi kesehatan publik belum normal.

"Sif kerja sehari bisa dibagi 3 sif atau bekerja bergantian 2 hari 1 kali. Kita berharap satuan tugas covid-19 mampu berkoordinasi dengan Kemendagri, Kemenaker dan Kemen BUMN termasuk pemda dan suku dinas terkait untuk lebih bersemangat dan lebih bekerja-sama dalam mengatur pembagian waktu kerja di DKI Jakarta," imbuhnya.(OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya