Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
POLITIKUS Partai Gerindra M Taufik meminta agar semua pihak yang menolak penyelenggaraan balap mobil Fomula E di Monumen Nasional untuk menyampaikan secara resmi dengan didasari argumen yang kuat.
Selama ini ia menduga banyak pihak yang hanya berani angkat bicara menolak agenda itu dilaksanakan di Monas tanpa argumen yang mendasar.
"Makanya, pas ada yang nolak, ditanya kenapa menolak, ada argumennya. Kasih argumen kenapa di Monas, ada dialog. Mensetneg juga sudah setuju. Ini soal penjelasan saja yang belum," kata Taufik di Jakarta, kemarin.
Ia juga menegaskan Formula E sah-sah saja digelar di Monas. Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta itu mengungkapkan hal itu dengan dalih tidak seluruh kawasan Monas menjadi cagar budaya. "Cagar budaya hanya tugu. Kalau semua cagar budaya, kenapa dibikin jalanan?" tukasnya.
Area yang diperuntukkan bagi pejalan kaki serta untuk lokasi upacara di Monas menurut Taufik baru dibangun di era mantan Gubernur Sutiyoso sehingga tidak bisa dikategorikan cagar budaya.
Namun, Ketua Fraksi PDIP di DPRD DKI Gembong Warsono menyebut komentar Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang mempertanyakan penyelenggaraan Formula E di Kawasan Monas merupakan sebuah isyarat keras penolakan.
Gembong pun menyebut seharusnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mempertimbangkan komentar itu secara serius. Sebab, Megawati bukan hanya sebagai ketua umum partai, melainkan juga putri dari pendiri bangsa yang juga turut andil mendirikan Monas.
"Itu isyarat keras sekali. 'Kenapa kok di Monas? Di tempat lain saja kan bisa. Seperti itu," kata Gembong.
Ia pun menyebut Taufik salah kaprah. "Ya biar saja Pak Taufik ngomong gitu. Yang penting kan buktinya itu cagar budaya. Itu kan namanya saja Monumen Nasional, nasional artinya simbol bangsa," tegasnya.
Dunia akhirat
Namun, Sekretaris Daerah DKI Saefullah menganggap balapan mobil berbasis listrik itu perlu diadakan di Monas untuk dikenal banyak orang.
"Kan kita ingin Indonesia dikenal dunia akhirat. Ngapain tanggung-tanggung terkenal di dunia? Terkenal di dunia dan akhirat. Kita percaya setelah ada dunia ada akhirat," ujar Saefullah.
Saefullah mengatakan Monas merupakan ikon nasional yang kebetulan berada di Jakarta. Adanya Formula E itu menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan.
"Kami ingin pada waktunya nanti disorot banyak kamera TV nasional dan internasional. Sehingga 'Oh ini ada ya namanya Tugu Monas, Monumen Nasional di Jakarta, Indonesia' sehingga orang semakin tahu seperti apa sih," kata Saefullah.
Ia pun memastikan Pemprov DKI tidak akan merusak kawasan Monas.
Anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Abdul Aziz menyebut event Formula E bakal menarik wisatawan, baik dari domestik atau asing.
Ia mengatakan akan ada 30 ribu wisatawan domestik dan 5 ribu wisatawan mancanegara yang akan berkunjung ke DKI Jakarta. (Put/Ins/J-1)
Tim panitia turnamen balap Formula E telah bergerak cepat melakukan survei jalanan di Jakarta lantaran bakal menjadi tuan rumah penyelenggaraan Formula E pada tahun 2020 mendatang.
Sudah ada kesepakatan antara Anies Baswedan dan panitia penyelenggara Formula E, tapi belum ada tindak lanjut pembahasan tentang hal ini secara teknis.
Dua skema lintasan Formula E yang berada di kawasan Monas, Jakarta Pusat tidak tepat. Pasalnya, wilayah tersebut vital dan harus dibebaskan dari kegiatan yang bukan bersifat kenegaraan.
Polisi belum melakukan kajian rencana lintasan untuk Formula E
Penyediaan trek balapan membutuhkan komitmen penuh dari Pemprov DKI Jakarta. Pasalnya, trek balapan Formula E menggunakan sirkuit jalan raya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta, Achmad Firdaus, menegaskan pihaknya belum bisa memastikan hal tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved