Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Kisah Korban Longsor Sukajaya yang Melahirkan di Desa Terisolasi

Dede Susianti
06/1/2020 21:15
Kisah Korban Longsor Sukajaya yang Melahirkan di Desa Terisolasi
Proses evakuasi korban longsor yang akan melahirkan di Pasir Madang, Sukajaya, Bogor, Senin (6/1).(MI/Dede Susianti)

FITRI, 20, warga Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, berjuang dan menahan rasa sakit di atas tandu. Di sepanjang jalan dia mengerang kesakitan, bahkan sesekali dia teriak.

Dia adalah salah satu korban longsor yang hendak melahirkan. Dia dibawa, digotong menggunakan tandu darurat berupa kain sarung yang disangkutkan di potongan bambu.

Fitri dibawa dari rumahnya di Kampung Pasir Madang, Desa Pasir Madang, Kecamatan Sukajaya, yang merupakan salah satu lokasi bencana longsor yang terisolasi.

Dengan kondisi perutnya yang ketubannya sudah pecah, dia harus diombang-ambing, turun naik gunung untuk dirujuk ke puskesmas terlebih dahulu sebelum ke rumah sakit.

Sebelum ke puskesmas, yang membawa Fitri harus berjalan kaki kurang lebih 10 kilometer, dengan akses yang harus dilaluinya penuh bahaya. Turun naik tebing, melalui bebukitan dengan di atas dan bawahnya ada longsoran.

Rombongan yang membawa Fitri berhasil melintasi bukit terjal dan selamat sampai posko pengungsian dan langsung dibawa menggunakan ambulan ke puskesmas Sukajaya.

Selain orang-orang yang menggotongnya, ada dua sosok perempuan yang luar biasa.

Dia adalah Evi Sri Rahayu, bidan Desa Sukajaya, dan Milawati, bidan Desa Jaya Raharja. Mereka lah yang menemukan Fitri dan mengambil keputusan membawa Fitri turun dan merujuk ke puskesmas terdekat.

Dengan nafas yang masih tersenggal-senggal, bidan Mila menceritakan tentang Fitri dan perjuangan membawanya turun.

"Ibu tadi mau melahirkan dengan pembukaan dua, ketubannya sudah pecah duluan dan panggulnya sempit. Sudah tiga malam di rumahnya di Pasir Madang, ditandu. Sekarang mau dibawa ke puskesmas dulu baru ke rumah sakit," tuturnya sambil mengatur nafas.

Dia menceritakan, tim kesehatan baru tembus Sabtu pagi ke Pasir Madang dengan melintasi berbukitan.


Baca juga: Polisi Periksa Lima Saksi dan IMB Gedung Runtuh di Slipi


Awalnya, dirinya dan beberapa rekannya dari Puskesmas Sukajaya hendak ke posko kesehatan di Pasir Madang.

"Kita gak tahu ada ibu yang mau ngelahirin. Kita datang saja, memang mau lihat kondisi dan membantu di posko Pasir Madang," tuturnya.

Bidan Evi menceritakan lebih detilnya. Sebenarnya, tutur Evi, tim kesehatan sejak hari kejadian sudah berusaha ke Pasir Madang. Namun karena kondisinya sangat tidak memungkinkan ditambah cuaca yang buruk, hujan dan angin.

Karena sudah lama atau sudah empat hari pascakejadian, khawatir dengan warga yang jadi korban di pengungsian, maka pihaknya memaksakan diri untuk menembus ke Pasir Madang.

"Mau ke sana itu memang kondisi jalannya gak bisa dilalui kendaraan. Kita pun ke sana butuh perjuangan buat naik ke atas. Pas sampai sana ada ibu mau melahirkan," kisahnya.

Karena kondisinya itu tidak bisa dilahirkan di sana, harus dirujuk. " Karena si ibu sangat pendek, ketubannya sudah pecah dari semalam. Pembukaan sudah dua dan mau gak mau harus dirujuk," tuturnya.

Karena tidak ada alat yang bisa dipakai, lanjutnya, jadi si ibu ditandu dan itu pun lewat hutan, bukit dengan kondisi longsor.

"Jadi kita melewati bukit yang bekas longsor. Perjalanan satu jam jalan kaki. Ini mau dibawa ke RSUD Leuwiliang. Mudah-mudahan selamat ibu dan bayinya," tutupnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya