GEDUNG Hailai Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, luluh lantah tinggal kenangan setelah terbakar pada Senin (4/11) malam. Gedung itu dibangun pada era Bang Ali, sapaan akrab Ali Sadikin, gubernur DKI Jakarta pada 1966-1977. Tampak dinding bagian dalam gedung menjadi hitam pekat akibat bekas jilatan api. Puing-puing kayu dan batu pecahan akibat terbakar berceceran di atas lantai.
Terlihat ventilasi bangunan mewah Hailai yang dibangun Pemprov DKI (dulu dikenal DCI/Daerah Chusus Ibu Kota) di era Bang Ali pada 1969 itu, yang tadinya menggantung di langit-langit, kini menjuntai ke lantai. Terlihat pula sejumlah genangan air bekas proses pemadaman dari petugas pemadam kebakaran Jakarta Utara.
Bang Ali terkenal melawan arus saat masa kepemimpinannya. Gubernur DKI Jakarta itu membangun Hailai sebagai tempat perjudian (dianggap warga DCI Jakarta tempat maksiat haram, baik judi maupun wanita penghibur malam).
Bagi Bang Ali jawabnya mudah, “Daripada WTS berkeliaran di jalanan, lebih baik tertib. Mereka masuk pada tempat yang sudah disediakan Pemprov DCI Jakarta. Jangan ada main judi di jalanan. Jangan main dengan WTS dan waria di jalan sehingga semua jadi tertib pada tempatnya.”
Bang Ali pernah menjawab pertanyaan Media Indonesia tentang manfaat bagi warga DCI Jakarta atas kebijakannya membuka resmi tempat hiburan malam dalam bentuk maksiat yang dapat sorotan dari MUI. Bahkan, Bang Ali dapat gelar gubernur maksiat, tapi Bang Ali tidak peduli. Demikian kata Bang Ali kepada Media Indonesia, di Balai Kota DKI Jakarta pada 1990-an.
Saat itu kepada perwakilan MUI pusat dan MUI DKI Jakarta, Bang Ali menjawab, “Kalau merasa pembangunan Jakarta menggunakan uang maksiat, silakan jangan lewat jalan raya mau ke Balai Kota DKI Jakarta bisa naik helikopter, canda Bang Ali kepada tamunya dari MUI.
Bang Ali dengan lantang menegaskan, saat menjadi Gubernur DCI Jakarta, “Kami setor uang ke pemerintah pusat karena banyak uang dari tempat hiburan dikenai pajak tinggi. PBB warga Jakarta gratis digantikan dari omzet pajak dari ribuan tempat-tempat maksiat. Pendapatan pemerintah pusat waktu itu belum banyak.”
Berdasarkan berbagai pemberitaan di media massa, Bang Ali membangun Hailai pada 1969. Kala itu Hailai dibangun untuk mendongkrak anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta di sektor pajak tempat hiburan, baik perjudian maupun hiburan malam lainnya.
Gubernur pilihan Bung Karno, Presiden RI l itu, memiliki banyak strategi memajukan DCI Jakarta. Khususnya dalam meningkatkan status menjadi Kota Metropolitan sejajar dengan kota-kota besar di dunia. Padahal, APBD DKI kala itu hanya senilai Rp66 juta. Angka yang mustahil digunakan untuk membangun Jakarta.
Akhirnya Bang Ali melegalkan perjudian dan prostitusi demi menarik pajak relatif tinggi untuk mengisi kantong kosong kas daerah masuk ke APBD DCI Jakarta. (J-3)