Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Desa Kami tak lagi Terisolasi

Dede Susianti/J-2)
04/10/2019 04:40
Desa Kami tak lagi Terisolasi
Kondisi Desa Buana Jaya, Kecamatan Tanjungsari, bagian paling ujung timur Kabupaten Bogor.(MI/DEDE SUSIANTI)

DAHUlu, anak-anak warga di Dusun/Kampung Babakan Kadu dan Kampung Wangun harus menantang bahaya bila berangkat ke sekolah. Mereka harus menyeberangi Sungai Mapag.

Babakan Kadu dan Wangun ialah dua kampung di Desa Buana Jaya, Kecamatan Tanjungsari, wilayah paling ujung di timur Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Adih Hidayat, 60, Kepala Dusun Babakan Kadu dan Wangun yang ditemui Media Indonesia di rumahnya menyebutkan ada 400 lebih kepala keluarga di dua dusun tersebut. Kebanyakan warga bekerja sebagai petani (lahan milik sendiri) dan buruh tani. Rata-rata penghasilan per hari Rp25 ribu.

Dia menuturkan siswa sekolah dasar (SD) dan menengah pertama (SMP) harus berjalan kaki kiloan meter untuk menuntut ilmu. Jika hujan turun dan air sungai deras, mereka terpaksa meliburkan diri.

Belakangan, warga tertolong berkat adanya jembatan bambu yang dibuat swadaya. Namun, jembatan tersebut hanya bisa dilalui dengan jalan kaki karena kondisinya kurang memadai.

Sekolah yang bisa diakses hanya PAUD, SD inpres, dan SMP yang lokasinya ada di dekat Kantor Desa Buana Jaya. Namun, untuk SMA yang berada di desa tetangga, Desa Serna, siswa harus menempuhnya lebih jauh lagi.

Di wilayah ini tidak ada layanan angkutan umum selain ojek. Warga harus menyewa kendaraan roda empat untuk pergi jauh.

Karena jaraknya cukup jauh, ongkos yang dikeluarkan Rp30 ribu bagi pelajar dan Rp50 ribu bagi orang dewasa.

Tak hanya ke sekolah yang terkendala jarak, ke pasar tradisional dan pusat kesehatan atau rumah sakit juga sama susahnya.

Ada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cileungsi dan beberapa rumah sakit swasta yang terdekat. Namun, untuk menjangkaunya, penduduk harus melewati tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Cariu, Kecamatan Jonggol, dan Kecamatan Cileungsi atau tepatnya ke Kabupaten Bogor dan Kota Bogor.

Mengapa disebut ke kota Bogor? Pasalnya, posisi Desa Buana Jaya sebenarnya lebih dekat ke Cianjur. Akan tetapi, akses selama ini hanya jalan setapak yang membentang di perbukitan. Panjangnya sekitar 2,7 kilometer dari Dusun Babakan Kadu ke Talaga, Desa Gunung Herang, Cikalong Kulon, Cianjur.

Kini, keadaan telah berubah. Akses menuju Buana Jaya menjadi mudah. Jalan itu kini bisa dilalui mobil dan menembus Cianjur bahkan menyambung ke Kabupaten Purwakarta. Warga Cianjur pun kini dengan mudah ke Bogor. Mereka bisa membawa dan menjual hasil bumi ke Tanjungsari, Cariu, dan Jonggol dengan jarak tempuh lebih pendek dan biaya lebih murah.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang membuka akses tersebut. Sebanyak 150 personel TNI gabungan dari Komando Distrik Militer 0621/ Kabupaten Bogor, pasukan batalion ada dari 310, Armed 13, Lanud Atang Sandjaya, dan Kostrad yang bekerja melalui program TMMD (TNI Manunggal Membangun Desa). Mereka membangun jalan selebar 7 meter membentang sepanjang 2,7 kilometer menembus Cianjur.

Dandim 0621/Kabupaten Bogor Letkol Inf Harry Eko Sutrisno menuturkan kegiatan TMMD di Buana Jaya itu berawal dari musrenbang (musyawarah rencana pembangunan) dari tingkat desa. Setelah melalui penggodokan, diputuskan bahwa Buana Jaya termasuk 45 desa di Kabupaten Bogor yang masih tertinggal.

"Jadi, ini hasil permintaan masyarakat desa. Anggaran dari pemda atau APBD setelah melalui pembahasan dan disetujui DPRD, barulah bantuan ke kodim untuk kerja sama program TMMD," tutur Dandim.

Selain membuka dan membangun jalan raya, TMMD ke-106 itu juga membuat lapangan sepak bola, membangun beberapa MCK (mandi, cuci, kakus), musala, dan beberapa poskamling (pos keamanan keliling). Kemudian untuk nonfisiknya dilakukan juga pembinaan, penyuluhan, dan pembekalan wawasan kebangsaan.

Tentu saja pembangunan ini disambut warga dengan sukacita. Mereka bersyukur dan berterima kasih. Mereka berharap dengan adanya akses jalan raya, perekonomian di kampung itu pun berubah, terutama karena hemat ongkos. "Kami senang, bahagia. Jadi, bisa ramai. Pokoknya kami bersyukur sekali," kata Entin, 50, warga RT4/RW 4 Kampung Babakan Kadu. (Dede Susianti/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya