PEMERINTAH Kota Bekasi menja-jaki kemungkinan penggunaan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk menggantikan mesin yang ditawarkan swasta di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, Bantargebang.
Pasalnya, baru diuji coba saja mesin PLTSa yang ditawarkan PT Nusa Wijaya Abadi sudah dua kali rusak.
"Besar kemungkinan kita pakai PLTSa dari BPPT, seperti yang dioperasikan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang," kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, kemarin.
Gagalnya uji coba mesin PLTSa Sumur Batu yang pembangunannya sudah dimulai sejak 2016 tersebut membuat orang nomor satu di Kota Bekasi itu gerah. Namun, pemerintah tetap masih memberikan satu kali lagi kesempatan uji coba kepada PT Nusa Wijaya Abadi (NWA) selaku penggarap proyek PLTSa di TPA Su-mur Batu.
"Kalau tetap tidak bisa diselesaikan, kita ambil yang paling cepat," kata Rahmat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi Jumhana Lutfi menambahkan, persiapan pembangunan PLTSa garapan BPPT di TPST Bantar-gebang hanya butuh waktu tiga hingga empat bulan. Adapun PT Nusa Wijaya Abadi sudah tiga tahun menyiapkan, tapi belum kelar juga sampai sekarang.
Baca Juga: Pemkot Bekasi Mulai Lirik PLTSa Bantargebang
"Tiga tahun itu waktu yang lama. Sampah warga terus bertambah tiap hari, tapi upaya buat mengurangi tumpukan sampah belum berjalan," kata Luthfi.
Apalagi, kata Luthfi, Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Menristek-Dikti) Mohamad Nasir sudah mengusulkan agar pro-yek percontohan teknologi PLTSa Merah-Putih di Bantargebang dapat diaplikasikan di seluruh kota di Indonesia. Karena itu, teknologi tersebut rencananya dimasukkan ke dalam katalog pengadaan elektronik (katalog-e). (Gan/J-1)