Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
KEMENTERIAN Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) merilis Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 2018. Dirjen Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK MR Karliansyah menyatakan kualitas lingkungan di Indonesia relatif membaik dari tahun ke tahun.
"Kualitas lingkungan hidup meningkat tercermin dalam IKLH yakni sebesar 65,14. Hasil pemantauan menunjukkan selama 2015-2018, IKLH Nasional berada pada posisi stabil yaitu pada kualitas cukup baik," kata Karliansyah dalam Rapat Kerja Teknis Ditjen PPKL di Jakarta, Rabu (27/2).
Indeks lingkungan hidup meliputi penilaian atas kualitas udara, air, dan tutupan hutan. Pada 2014, nilai indeks tersebut berada di posisi 63,42. Posisinya hingga 2018 merangkak naik.
Baca juga : Indonesia Dinilai Sukses Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Karliansyah memaparkan lima provinsi mengalami kenaikan indeks kurun waktu empat tahun terakhir yaitu Riau, Kepulauan Riau, Banten, Yogyakarta dan Kalimantan Selatan. Untuk di Riau, lanjutnya, peningkatan cenderung disebabkan karhutla yang menurun dibandingkan pada kejadian dahsyat pada 2015 lalu.
Sementara itu, satu provinsi mengalami penurunan yakni Papua. Skornya dari 81,47 menjadi 78,84. Namun, secara umum, Papua masih dikategorikan baik kualitas lingkungan hidupnya.
Untuk kualitas udara, ia mengatakan jika dilihat lebih detail, kondisi kualitas udara masih sangat baik dengan enam provinsi yang mengalami peningkatan kualitas udara, yaitu Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Banten dan Kalimantan Selatan.
Baca juga : Buka Rangkaian HPSN 2024, KLHK Gelar Dialog dan Peluncuran Buku Panduan Bank Sampah
"Meski begitu DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah perlu diwaspadai dalam pencemaran udara di daerah perkotaan. Ini utamanya karena masalah polusi dari transportasi," ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan pemantauan Air Quality Monitoring System (AQMS) untuk wilayah Pontianak masih terdapat udara yang berbahaya pada saat terjadi karhutla 2018. Kondisi udara tidak sehat karena kebakaran lahan dan hutan juga terjadi di Jambi, Palembang, Palangkaraya, dan Padang.
Mengenai kondisi kualitas air sungai dan danau secara nasional, ucap Karliansyah, secara umum masih kurang baik. Sejumlah 16 provinsi mengalami kecenderungan penurunan indeks kualitas sungai, namun terdapat perbaikan di Aceh, Jambi, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Maluku.
Baca juga : Berkat Kinerja Aksi Iklim Sistematis, Indonesia Raih Pengakuan Internasional
"Ini utamanya karena persoalan limbah domestik. Untuk limbah industri kita bisa paksa perusahaan untuk jalankan aturan. Untuk domestik kita terus bangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Saat ini sudah dibangun 200 IPAL. Kementerian PU-Pera juga melakukan pembangunan IPAL," tuturnya.
Adapun kondisi tutupan lahan secara nasional berada dalam kecenderungan yang stabil. Namun delapan provinsi berada dalam kondisi waspada karena luas tutupan lahannya sedikit, yaitu Sumatra Selatan, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten dan Bali.
"Ini karena hutan atau taman kota masih belum memadai di wilayah-wilayah tersebut," tukasnya.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved