Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
IKATAN Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa anak yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas cenderung akan mengalami gejala berat ketika terinfeksi demam berdarah dengue (DBD). Bahkan IDAI menilai angka fatalitasnya cukup tinggi.
Sebabnya, kombinasi antara penyakit tidak menular seperti obesitas dengan penyakit menular seperti DBD akan menghasilkan kombinasi risiko fatalitas tinggi.
Ketua Divisi Infeksi dan Pediatri Tropik, Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RSCM-FKUI, dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K), M.Sc menyatakan, banyak kubangan air yang terbentuk dan menjadi sarang bagi meningkatnya nyamuk penyebab demam berdarah atau nyamuk Aedes aegypti.
Baca juga : Dokter: Kenali Gejala Demam Berdarah pada Anak dengan Konsep KLMNOPR
Nyamuk ini dapat membawa virus dengue dan menularkan virus tersebut kepada orang disekitarnya hingga radius 100-200 meter. Tak terkecuali bagi anak-anak terutama anak yang mengalami obesitas.
“Infeksi virus dengue itu bisa ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Begitu nyamuk ini mengigit penderita dengue dia akan menghisap darah penderita dengue. Kalau nyamuk itu mengandung virus dengue maka ia bisa menularkan ke orang-orang sekitarnya dalam radius sekitar 100-200 meter,” ucap Mulya Rahma Karyanti dalam webinar daring, beberapa waktu lalu.
Bagi anak obesitas, risiko fatalitasnya meningkat ketika terjangkit virus dengue karena sistem imun mereka memberikan respons cukup tinggi yang bisa menyebabkan terbuka nya pembuluh darah. Hal ini dibuktikan dari hasil sistematik review kajian terkini bahwa pada anak yang mengalami obesitas, ketika respons imunitas mereka tinggi maka akan menyebabkan zat-zat radang meningkat. Inilah yang berbahaya karena meningkatkan risiko fatalitas akibat kebocoran plasma pembuluh darah.
“Ada dari suatu kajian ilmiah terkini yang menunjukkan bahwa anak obesitas risiko terjadinya fatal itu lebih berat karena respon imunitasnya baik dan menyebabkan zat-zat radang respons inflamasi lebih tinggi yang menyebabkan kebocoran dari plasma pembuluh darah itu lebih besar,” sambung Mulya Rahma Karyanti.
Menurut data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus demam berdarah di Indonesia hampi setiap tahun terus meningkat. Hingga minggu ke-17 2024, tercatat 88.593 kasus DBD dengan 621 kasus kematian di Indonesia. (H-2)
Ada tiga fase dalam perjalanan penyakit dengue selama tujuh hari, yang meliputi fase demam, fase kritis, dan pemulihan. Fase kritis ditandai dengan turunnya demam.
Seorang dokter spesialis anak Hapsari, menyarankan penggunaan konsep KLMNOPR untuk mengenali gejala demam berdarah (DB) pada anak.
Samoa, Nauru, dan Tonga masuk dalam daftar negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Simak data terbaru dari WHO.
Menurut data Survei Kesehatan Indonesia dari Kementerian Kesehatan, prevalensi obesitas nasional 2023 pada penduduk umur di atas 18 tahun, mengalami peningkatan.
Poin yang membedakan Lighthouse Advanced dari klinik lain adalah pendekatannya yang menyeluruh dan berkelanjutan melalui Companion Program.
OBESITAS pada anak merupakan kondisi yang bisa memicu munculnya berbagai penyakit berbahaya. Asupan Protein hewani bisa menjadi cara untuk mengatasi obesitas pada anak.
Protein hewani bukan sekadar pelengkap—bagi anak, ia adalah fondasi utama untuk tumbuh sehat dan terhindar dari obesitas.
KETUA Umum IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan bahwa saat ini orangtua harus meningkatkan pemahaman pentingnya penanganan obesitas pada anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved