Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Pilihan antara Kelaparan dan Ditembak, Bayi Zainab Mati Kelaparan di Gaza

Haufan Hasyim Salengke
29/7/2025 12:00
Pilihan antara Kelaparan dan Ditembak, Bayi Zainab Mati Kelaparan di Gaza
Zainab Abu Halib yang berusia 5 bulan mengucapkan selamat tinggal kepada dunia. Saat meninggal karena kelaparan, berat badannya lebih ringan daripada saat ia dilahirkan.(TRT)

RASA kemanusiaan tak ada untuk Gaza. Yang ada hanyalah pilihan antara kelaparan dan ditembak. Itulah keputusan yang terpaksa diambil banyak warga Palestina di Gaza. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan lebih dari 1.000 warga Gaza yang kelaparan tewas diberondong peluru oleh militer Israel saat sedang mengantre di lokasi pembagian bantuan.

Warga Palestina di Gaza menderita kelaparan massal akibat blokade bantuan di wilayah tersebut, demikian peringatan dari Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Para orangtua memberi tahu kami anak-anak mereka menangis hingga tertidur karena kelaparan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Lokasi distribusi makanan telah menjadi tempat kekerasan."

PBB mengatakan lebih dari seribu orang telah dibunuh oleh pasukan Israel saat mencari makanan sejak akhir Mei, ketika sebuah kelompok bantuan baru yang kontroversial, yang didukung Israel dan AS, yaitu Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), mulai beroperasi.

Bayi Zainab

Bayi Palestina terakhir yang mati kelaparan di Gaza, Zainab Abu Halib yang berusia 5 bulan, mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini, Minggu (27/7) lalu, dengan kondisi berat badan yang lebih ringan daripada saat ia dilahirkan.

Zainab adalah salah satu dari 88 anak yang meninggal karena malnutrisi di wilayah kantong yang terkepung tersebut, di mana satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari.

Para dokter menggambarkan kematian Zainab sebagai kasus kelaparan yang sangat parah akibat kebijakan Israel menciptakan kelaparan massal di Gaza.

Zainab dibawa ke Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, Gaza, pada Jumat (25/7). Ia sudah meninggal.

"Ia membutuhkan susu formula bayi khusus, yang tidak ada di Gaza," kata ayah Zainab, Ahmed, kepada AP, merujuk pada blokade Israel terhadap semua bantuan, termasuk susu formula bayi yang vital.

Dua puluh satu bulan setelah perang genosida Israel di Gaza, dan pembatasan bantuan yang ketat oleh Israel, Zainab adalah salah satu dari 85 bayi – sejauh ini – yang meninggal karena penyebab terkait malnutrisi di daerah kantong yang terkepung itu, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Hanyalah Angka, bukan Nyawa?

Sebanyak 127 orang di Gaza telah meninggal karena penyebab terkait malnutrisi, dengan satu dari tiga orang tidak makan selama beberapa hari, menurut PBB.

“Dengan kematian putri saya, banyak yang akan menyusul,” kata ibu Zainab, Esra. “Nama mereka ada di daftar yang tidak dilihat siapa pun. Itu hanyalah nama dan angka. Kami hanyalah angka. Anak-anak kami, yang kami kandung selama sembilan bulan dan kami lahirkan, telah menjadi sekadar angka,” ujar Esra.

Pada Minggu (27/7), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan malnutrisi berada pada jalur berbahaya di Gaza, ditandai dengan lonjakan kematian pada bulan Juli. Dari 74 kematian terkait malnutrisi di Gaza pada 2025, 63 di antaranya terjadi bulan ini, termasuk 24 anak balita dan satu anak di atas lima tahun, kata badan PBB tersebut.

"Sebagian besar dari mereka dinyatakan meninggal saat tiba di fasilitas kesehatan atau meninggal tak lama setelahnya, dengan tubuh mereka menunjukkan tanda-tanda penurunan berat badan yang jelas," kata WHO.

Seluruh 2,1 juta penduduk Gaza kini mengalami kerawanan pangan. Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan 900.000 anak kelaparan, dan 70.000 di antaranya sudah menujukkan tanda-tanda malnutrisi. (TRT/BBC/CNN/B-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Haufan Salengke
Berita Lainnya