Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
SKANDAL seks, cinta terlarang, dan penyalahgunaan dana vihara kini menjadi buah bibir di Thailand, menyusul terbongkarnya kasus pemerasan besar-besaran yang melibatkan perempuan bernama Wilawan Emsawat, atau yang dikenal publik sebagai 'Sika Golf' atau Ms Golf.
Dikutip dari Bangkok Post, Wilawan dituduh menjalin hubungan intim dengan biksu-biksu senior, memanfaatkan kedekatan itu untuk menguras dana pribadi maupun dana vihara. Polisi menyebut, kasus ini menyeret sejumlah biksu ke meja penyelidikan dan memicu pencopotan belasan tokoh agama.
Wilawan, dijuluki 'Sika Golf' oleh media Thailand. Sebuah sebutan yang diambil dari panggilan kehormatan bagi perempuan di lingkungan vihara. Ia berasal dari distrik Sak Lek, Provinsi Phichit.
Latar belakangnya sederhana. Ia putus sekolah di tingkat Matthayom 3 (setara SMP), lalu merantau ke Bangkok. Dari kehidupan pas-pasan, ia kini memiliki tiga anak dari hubungan dengan seorang DJ, seorang akademisi, dan seorang biksu di Phitsanulok.
Kisahnya dengan para biksu bermula ketika ia menerima pesan dari Phrathep Watcharasitthimethi, abbot Wat Tha Luang di Phichit. Dalam wawancara dengan program televisi Hone Krasae, Wilawan mengaku sangat dimanjakan.
"Abbot itu sangat memanjakan saya. Apa pun yang saya minta, dia berikan. Suatu hari saya bilang ingin Mercedes, dan dia belikan tunai 3 juta baht," kata Wilayan dikutip dari Bangkok Post.
Hubungan itu berakhir pada 2015. Setelahnya, ia menjalin hubungan dengan sejumlah biksu, akademisi, hingga politisi lokal.
"Saya tahu ini dosa. Tapi saya sudah lelah hidup susah. Saya hanya ingin punya cukup uang untuk anak-anak saya," ujar Wilawan, mengutip pengakuannya dalam laporan Bangkok Post.
Jerat Cinta dan Uang
Kepolisian Thailand menduga Wilawan terlibat hubungan asmara dengan sekitar 15 biksu senior, termasuk abbot dan wakil abbot di berbagai provinsi: Bangkok, Ayutthaya, Saraburi, Chachoengsao, hingga Khon Kaen. Media pun menjulukinya 'Monk Slayer' - penggoda biksu.
Kasus ini mencuat setelah Wilawan memaksa Phra Kru Siriwiriyathada, wakil abbot Wat Sothon di Chachoengsao, untuk melaporkan Phra Thepwachirapamok (Chao Khun Archawa), abbot Wat Tritossathep, Bangkok.
Ia menuduh Archawa berutang 7,2 juta baht sebagai tunjangan anak, klaim yang kemudian terbukti palsu. Archawa kemudian dicopot secara mendadak di Nong Khai pada 27 Juni, memicu kehebohan nasional.
Polisi yang dipimpin Pol Maj Gen Jaroonkiat Pangkaew mulai menyelidiki kasus ini pada 18 Juni, atas perintah Kapolri Thailand. Setelah gagal menemukan Archawa, penyelidik menggeledah rumah Wilawan dan menyita ponsel, laptop, serta dokumen. Hasilnya, 80.000 foto dan 5.000 video yang diduga digunakan untuk pemerasan. Wilawan resmi ditahan 15 Juli.
Dari penyelidikan, tercatat 385 juta baht atau Rp170 miliar mengalir ke rekening pribadinya dalam tiga tahun terakhir, mayoritas dari biksu-biksu senior.
Menurut Pol Maj Gen Prasong Chalermphan dari Divisi Anti-Korupsi, Wilawan telah mengakui perbuatannya. Ia menyebut pengalaman pahit masa kecil dan ditinggal ayah sebagai salah satu faktor yang membentuk perilakunya.
Biksu yang Terseret
Hingga kini, 12 biksu telah dicopot, termasuk lima pejabat tinggi Sangha. Salah satunya, Maha Boonlert Chuaithani dari Wat Mai Yai Paen di Bangkok, mengaku diajak Wilawan ke rumahnya atas alasan donasi perlengkapan ibadah, lalu berakhir dengan hubungan intim. Ia mengaku merasa jadi korban setelah meminjamkan 100.000 baht.
Wilawan dijerat empat dakwaan dari Divisi Anti-Korupsi: membantu penyalahgunaan jabatan, mendukung penyelewengan, pencucian uang, dan menerima barang hasil kejahatan. Divisi Kejahatan Khusus juga menambah tiga dakwaan: pemerasan, penahanan ilegal, dan penipuan. Polisi menolak permohonan jaminan dengan alasan besarnya skandal dan potensi penghilangan barang bukti. (H-4)
DARI isu yang beredar di balik tembok vihara hingga menjadi skandal nasional, kasus seks dan pemerasan yang melibatkan biksu-biksu senior di Thailand kini menjadi krisis institusi keagamaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved