Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PANAS siang di Ahmedabad makin menyengat, dan kemacetan yang menggila pada Kamis (12/6) di jalan menuju bandara membuat Bhoomi Chauhan gelisah di kursi belakang mobil. Berkali-kali ia melihat jam, berharap waktu melambat. Tapi takdir sudah berjalan, dan tak ada yang bisa mengubah kenyataan. Ia tiba di Bandara Ahmedabad hanya 10 menit setelah proses boarding pesawat dimulai. Sudah terlambat.
Dengan perasaan kecewa dan marah, perempuan 28 tahun itu berdiri di hadapan staf maskapai yang tetap menolak permohonannya untuk diizinkan masuk ke dalam pesawat Air India tujuan London Gatwick. Padahal, ia sudah check-in secara online dan hanya butuh beberapa menit lagi untuk bisa bergabung dengan para penumpang lain. Tapi aturan tetaplah aturan.
“Kami marah pada sopir. Kami merasa sangat frustrasi dan akhirnya meninggalkan bandara,” kata Bhoomi dikutip BBC News. Ia mengingat kembali momen itu dengan getir. Ia dan suaminya sempat berhenti di sebuah warung kecil di pinggir jalan untuk minum teh, mencoba menenangkan diri sambil berdiskusi dengan agen perjalanan tentang cara mengurus refund tiket.
Tak disangka, ia menerima panggilan telepon yang mengubah segalanya.
"Pesawat itu jatuh," ujar suara di ujung telepon.
Sejenak dunia seakan berhenti. Pesawat AI171 yang seharusnya ia tumpangi telah jatuh hanya sekitar 30 detik setelah lepas landas. Pesawat itu menghantam permukiman padat di sekitar bandara, menewaskan seluruh 241 penumpang dan 12 kru yang berada di dalamnya, serta sedikitnya delapan orang di darat.
"Ini benar-benar sebuah keajaiban bagi saya," kata Bhoomi, yang tinggal di Bristol, Inggris, bersama suaminya, kepada BBC. Ia masih sulit percaya bahwa keterlambatannya, yang awalnya membuatnya sangat kecewa, telah menyelamatkan nyawanya.
Boarding pass digitalnya, dilihat oleh BBC News, menunjukkan dia ditempatkan di kursi kelas ekonomi 36G.
Bhoomi menempuh perjalanan dari kota kecil Ankleshwar, 201 kilometer di selatan Ahmedabad. Ia tahu perjalanannya akan panjang, tapi tidak menyangka kemacetan parah di pusat kota Ahmedabad akan membuatnya kehilangan kesempatan naik ke pesawat. Ia sempat memohon kepada petugas di bandara, mengatakan bahwa dirinya hanya terlambat 10 menit dan telah check-in secara digital. Tapi tidak ada yang bisa dilakukan.
“Saya benar-benar terpukul. Yang ada di pikiran saya hanya, ‘Kalau saja saya berangkat sedikit lebih awal,” ujarnya.
Kini, rasa sedih karena kehilangan tiket pesawat telah berganti menjadi perasaan syukur yang dalam. Meski berat menerima kenyataan bahwa begitu banyak nyawa hilang, termasuk 53 warga negara Inggris, di antaranya keluarga dari Gloucester dan pasangan suami-istri yang mengelola pusat spiritual di London, Bhoomi menyadari satu hal bahwa hidupnya masih diberikan kesempatan kedua.
Puing-puing yang memperlihatkan bagian ekor Boeing 787-8 Air India terlihat di kawasan permukiman dekat bandara di Ahmedabad pada Sabtu (14/6/2025)(AFP/Punit PARANJPE)
Sementara itu, tim penyelamat bekerja sepanjang malam untuk membersihkan puing-puing dan mencari jawaban atas tragedi ini. Seorang penumpang asal Inggris, Vishwashkumar Ramesh, berhasil selamat dan kini sedang menjalani perawatan di rumah sakit. (BBC/P-4)
Menurut situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24, sinyal dari pesawat itu hilang kurang dari satu menit setelah lepas landas.
Pesawat Air India penerbangan AI171 menuju London menabrak sebuah asrama dokter di Ahmedabad, India. Kecelakaan ini mengguncang industri penerbangan
PESAWAT Air India dengan nomor penerbangan AI171 yang mengalami kecelakaan berjenis Boeing 787 Dreamliner.
UPAYA pencarian dan evakuasi korban terus berlangsung pascakecelakaan pesawat Air India Boeing 787 Dreamliner yang jatuh di Ahmedabad, India, Kamis (12/6)
Aryan memiliki hobi melihat pesawat lalu direkam. Pekan lalu, Ayan tanpa sengaja merekam seluruh kejadian dengan ponselnya, menjadi saksi langsung salah satu kecelakaan pesawat Air India.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved