Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Senator AS Diborgol di Tengah Ketegangan California dan Pemerintahan Trump

Thalatie K Yani
13/6/2025 05:24
Senator AS Diborgol di Tengah Ketegangan California dan Pemerintahan Trump
Senator Alex Padilla diborgol dan dipaksa keluar saat konferensi pers terkait penggerebekan imigrasi di Los Angeles.(AFP)

KETEGANGAN antara negara bagian California dan pemerintahan Presiden Donald Trump semakin memanas. Seorang senator AS, Alex Padilla, diborgol dan dipaksa keluar dari konferensi pers terkait penggerebekan imigrasi yang kontroversial di Los Angeles.

Insiden itu terjadi di sebuah gedung federal saat Padilla mencoba mengajukan pertanyaan kepada Menteri Keamanan Dalam Negeri, Kristi Noem. Dalam rekaman video yang beredar, Padilla, senator dari Partai Demokrat, terlihat ditarik keluar ruangan oleh dua pria ketika memperkenalkan dirinya dan hendak bertanya. Video lain yang direkam stafnya menunjukkan Padilla terdorong hingga jatuh sebelum diborgol.

“Saya Senator Alex Padilla. Saya punya pertanyaan untuk ibu menteri,” ujar Padilla dalam video tersebut.

Konferensi pers itu digelar di tengah gelombang unjuk rasa di Los Angeles yang dipicu kebijakan keras Trump terhadap imigran. Presiden dari Partai Republik itu mengerahkan 4.700 tentara, termasuk 700 marinir, ke kota tersebut, meskipun mendapat penolakan dari pejabat lokal dan negara bagian.

Diktator

Gubernur California Gavin Newsom mengecam tindakan tersebut, menyebutnya sebagai bentuk pemerintahan yang “diktator.” Ia juga menegaskan bahwa tim hukumnya sedang mempersiapkan gugatan hukum atas pengerahan pasukan federal.

“Kalau ini cara mereka memperlakukan seorang senator hanya karena bertanya, bisa dibayangkan bagaimana nasib para buruh tani, juru masak, dan pekerja harian di komunitas Los Angeles,” kata Padilla dalam konferensi pers setelah insiden.

Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer menyebut kejadian ini “berbau totalitarianisme” dan mendesak agar dilakukan penyelidikan. Sementara itu, Newsom menulis di media sosial, “Trump dan pasukan kejutnya telah kehilangan kendali.”

Gerakan Agresif

Gedung Putih membantah tuduhan tersebut, menyebut kejadian itu sebagai “aksi teatrikal” dan menuduh—tanpa bukti—bahwa Padilla “melakukan gerakan agresif terhadap Menteri Noem.”

Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri mengatakan Noem akhirnya bertemu secara tertutup dengan Padilla selama 15 menit setelah insiden berlangsung.

Di tengah protes yang sebagian besar berlangsung damai, sempat terjadi beberapa aksi kekerasan, termasuk pembakaran mobil dan pelemparan batu ke arah polisi. Trump, yang dikenal sering melebih-lebihkan skala kerusuhan, mengklaim kehadiran pasukan federal membuat Los Angeles “aman dan terkendali.”

Namun, banyak pihak menilai pengerahan pasukan ini sebagai bentuk perebutan kekuasaan. Seorang hakim federal di San Francisco dijadwalkan akan meninjau legalitas tindakan tersebut. “Presiden sedang menciptakan ketakutan dan teror,” ujar Newsom.

Pelonggaran Aturan

Sementara itu, Trump—yang disebut-sebut tengah mempertimbangkan kebijakan baru—mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran aturan bagi industri yang bergantung pada tenaga kerja imigran, seperti pertanian, perhotelan, dan konstruksi.

“Kita akan segera keluarkan kebijakan soal itu. Kita tidak bisa memperlakukan para petani dan sektor pariwisata seperti ini,” kata Trump.

Pemerintah Meksiko juga angkat suara. Presiden Claudia Sheinbaum menyatakan ketidaksetujuannya atas penggerebekan terhadap warga Meksiko yang bekerja secara jujur di Amerika Serikat.

Gelombang protes menyebar ke berbagai kota lain, termasuk Seattle, Tucson, Dallas, Chicago, dan Boston. Aksi nasional bertajuk “No Kings” dijadwalkan berlangsung pada Sabtu, bertepatan dengan parade militer di Washington DC yang juga menandai ulang tahun Trump ke-79 dan peringatan 250 tahun berdirinya Angkatan Darat AS. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya