Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Politisi Greenland Kecam Kunjungan Pejabat AS di Tengah Ancaman Aneksasi oleh Trump

Thalatie K Yani
25/3/2025 08:22
Politisi Greenland Kecam Kunjungan Pejabat AS di Tengah Ancaman Aneksasi oleh Trump
Politisi Greenland mengecam rencana kunjungan Second Lady AS, Usha Vance, dan Penasihat Keamanan Nasional Trump, Mike Waltz, ke pulau itu di tengah ancaman Donald Trump.(Instagram)

PARA politisi Greenland mengecam rencana kunjungan pejabat tinggi AS, menyusul ancaman Presiden Donald Trump untuk mengambil alih pulau tersebut. Second Lady AS, Usha Vance, dijadwalkan melakukan kunjungan budaya minggu ini, sementara perjalanan terpisah juga diharapkan dari Penasihat Keamanan Nasional Trump, Mike Waltz.

Perdana Menteri Greenland yang akan segera lengser, Mute Egede, menyebut rencana tersebut sebagai tindakan agresif dan menegaskan kedua pejabat AS itu tidak diundang untuk pertemuan resmi. Sementara itu, calon pemimpin baru Greenland menuduh AS tidak menunjukkan rasa hormat terhadap wilayah mereka.

Greenland—pulau terbesar di dunia yang terletak di antara Samudra Arktik dan Atlantik—telah berada di bawah kendali Denmark, yang berjarak hampir 3.000 km, selama sekitar 300 tahun.

Meskipun Greenland mengatur urusan domestiknya sendiri, keputusan terkait kebijakan luar negeri dan pertahanan masih ditentukan di Kopenhagen. AS telah lama memiliki kepentingan keamanan di wilayah ini dan mengoperasikan pangkalan militernya di Greenland sejak Perang Dunia Kedua.

Diyakini Trump juga tertarik pada mineral tanah jarang yang terdapat di Greenland. Putranya, Donald Jr., diketahui mengunjungi Greenland sebelum pelantikan Trump pada Januari.

Dalam pengumuman mengenai kunjungan Usha Vance, Gedung Putih menyatakan  Second Lady akan mengunjungi situs bersejarah dan menghadiri Avannaata Qimussersu, balapan anjing nasional Greenland. Delegasi Vance, yang termasuk putranya, akan berada di sana untuk "merayakan budaya dan persatuan Greenland," menurut pernyataan resmi.

Kunjungan Waltz dikonfirmasi sumber yang berbicara kepada mitra AS BBC, CBS News. Menurut The New York Times, ia diperkirakan akan mengunjungi Greenland sebelum kedatangan Vance dan akan didampingi Menteri Energi AS, Chris Wright.

PM Egede secara khusus mengecam kunjungan Waltz sebagai tindakan provokatif. "Apa yang dilakukan penasihat keamanan di Greenland? Satu-satunya tujuan adalah menunjukkan unjuk kekuatan kepada kami," katanya kepada surat kabar Sermitsiaq.

Dalam wawancara dengan surat kabar yang sama, Jens-Frederik Nielsen—yang diperkirakan akan menjadi PM Greenland berikutnya—menuduh pejabat AS tidak menghormati penduduk lokal.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, menegaskan AS memiliki kepentingan strategis di Arktik, sehingga "tidak mengherankan jika Penasihat Keamanan Nasional dan Menteri Energi mengunjungi Pangkalan Luar Angkasa AS untuk mendapatkan laporan langsung dari personel kami di lapangan."

Ia menambahkan kunjungan ini juga bertujuan "membangun kemitraan yang menghormati hak penentuan nasib sendiri Greenland dan meningkatkan kerja sama ekonomi," serta untuk "mempelajari lebih lanjut tentang Greenland, budayanya, sejarahnya, dan rakyatnya."

Trump tampaknya meningkatkan kampanyenya untuk mengambil alih pulau tersebut dalam percakapan dengan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, awal bulan ini.

Greenland sebelumnya sudah bersikap defensif terkait pembicaraan Trump mengenai pengambilalihan, tetapi ia semakin mengejutkan dunia dengan menyiratkan ia mungkin akan meminta dukungan NATO—sebuah aliansi militer yang juga mencakup Denmark—untuk merealisasikan rencananya.

"Kamu tahu, Mark, kita membutuhkan itu demi keamanan internasional... ada banyak pemain favorit kita yang berkeliaran di sekitar pantai, dan kita harus berhati-hati," kata Trump. "Kami akan membicarakannya denganmu."

Saat ditanya tentang kemungkinan aneksasi Greenland, Trump menjawab, "Saya pikir itu akan terjadi."

Pernyataan tersebut mendorong partai-partai politik utama di Greenland untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam "perilaku yang tidak dapat diterima" dari Presiden AS.

Isu ini menjadi topik utama dalam pemilu baru-baru ini, di mana partai Inuit Ataqatigiit yang dipimpin Egede kalah secara mengejutkan dari partai Demokrat yang dipimpin Nielsen, yang lebih mendukung pendekatan bertahap menuju kemerdekaan dari Denmark.

Awal bulan ini, dalam pidatonya di Kongres AS, Trump menyatakan dukungan kuatnya terhadap hak rakyat Greenland untuk menentukan masa depan mereka sendiri. "Jika kalian memilihnya, kami menyambut kalian sebagai bagian dari Amerika Serikat," katanya.

Menurut jajak pendapat terbaru, hampir 80% rakyat Greenland mendukung kemerdekaan dari Denmark. Namun, survei pada Januari menunjukkan jumlah yang lebih besar menolak gagasan untuk menjadi bagian dari AS. (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya