Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Kisah Kakek Khaled Nabhan di Gaza yang Tewas Menyusul Sang Cucu

Dhika Kusuma Winata
17/12/2024 11:33
Kisah Kakek Khaled Nabhan di Gaza yang Tewas Menyusul Sang Cucu
Khaled Nabhan, seorang kakek Palestina yang tewas akibat serangan Israel.(Dok. Al Jazeera TV)

SERANGAN Israel di Gaza menewaskan Khaled Nabhan, seorang kakek Palestina yang menjadi simbol kekuatan hati Palestina. Nabhan menyedot perhatian dunia usai sebuah video menunjukkan dia mencium mata cucunya yang tahun lalu tewas akibat bom Israel.

Bagi Nabhan, cucunya ialah belahan jiwa yang disebutnya soul of my soul. Kini, sang kakek ikonik itu menyusul.

Nabhan, yang juga dikenal sebagai Abu Diaa, tewas pada Senin pagi waktu setempat dalam pemboman Israel yang menargetkan kamp pengungsi Nuseirat di Gaza Tengah.

Kakek yang dihormati itu tewas dalam serangan Israel yang menargetkan rumah milik keluarga Abu Hajar. Menurut kantor berita Palestina Wafa, setidaknya empat orang lainnya tewas dalam pengeboman itu, termasuk seorang anak.

Serangan udara Israel menewaskan cucunya, Reem dan Tarek pada November 2023. Reem berusia tiga tahun sedangkan Tarek lima tahun.

Video Nabhan yang menggendong tubuh Reem tak bernyawa kemudian menggugah simpati di media sosial dan berita internasional. Kesedihannya dianggap sebagai simbol rasa sakit rakyat Palestina di Gaza. Hampir 13 bulan kemudian, ajal itu menjemput Nabhan.

Beberapa bulan setelah kematian cucunya, Nabhan mengatasi kesedihannya dengan misi mulia.

Dia membantu tim penyelamat dan petugas medis merawat warga Palestina khususnya anak-anak. Para pembela hak asasi Palestina memberi penghormatan kepada Nabhan.

"Mereka pertama-tama membunuh cucunya, 'jiwa dari jiwanya', lalu mengebom rumah keluarganya & sekarang membunuhnya di siang bolong tanpa hukuman," tulis Muhammad Shehada, seorang penulis dan analis dari Gaza, dalam sebuah unggahan media sosial.

“Setelah Israel membunuh cucunya, dia menghabiskan waktu setahun menyebarkan harapan, membantu mereka yang membutuhkan, membagikan makanan kepada anak-anak & anak kucing yang kelaparan, & menghargai setiap momen yang bisa dia miliki bersama ibunya," imbuh Shehada.

Pendeta sekaligus aktivis Palestina-Amerika Omar Suleiman menyebut Nabhan dibunuh oleh pasukan paling jahat di bumi. Omar menggambarkan Nabhan sebagai sosok yang tersenyum menghadapi kekejaman Israel.

“Pria itu memiliki kehadiran malaikat, tersenyum menghadapi genosida, berkeliaran di rumah sakit dan kamp untuk menenangkan orang-orang meskipun dia kesakitan,” tulis Suleiman di X.

“Saya merindukan hari ketika saya akan bertemu dengannya secara langsung. Saya membayangkan hari ketika genosida akan berakhir, dan dia akan dirayakan dengan penghargaan di panggung-panggung termegah," tambahnya.

Perang Israel di Gaza yang sudah berlangsung 14 bulan kini telah menewaskan lebih dari 45.000 orang menurut data Kementerian Kesehatan Palestina.

Kelompok hak asasi manusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menggambarkan serangan Israel di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sebagai genosida dan upaya untuk menghancurkan rakyat Palestina.

Beberapa hari sebelum pembunuhan Nabhan di Nuseirat, serangan udara Israel turut menewaskan puluhan orang di kamp pengungsi Gaza Tengah.

(Al Jazeera)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya