Headline
Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.
DUTA Besar Uni Eropa untuk Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Sujiro Seam mengatakan bahwa Uni Eropa akan membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk mengatasi perubahan
iklim.
"Melalui dukungan kami terhadap Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan, kami akan membantu pemerintah dan masyarakat Indonesia, mengambil bagian, melakukan bagian mereka, juga untuk melawan perubahan iklim," kata Seam di Jakarta, Sabtu (23/9) seperti dilansir dari Antara.
Seam mengatakan hal tersebut saat ia akan menghadiri acara Piknik Hijau Hijau, Sabtu, yang diadakan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia sebagai acara utama EU Green Diplomacy Weeks 2023.
Baca juga: Bergantung pada Laut, Panama Keluhkan Perubahan Iklim
Seam dan para duta besar negara anggota Uni Eropa melakukan perjalanan simbolis dengan menaiki MRT menuju acara yang diadakan oleh Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia tersebut sebagai bentuk komitmen mereka untuk masa depan yang lebih hijau.
Para duta besar negara anggota Uni Eropa tersebut adalah Belgia, Denmark, Jerman, Spanyol, Italia, Hongaria, Polandia, Rumania, Slowakia, Finlandia, dan Swedia. "Kita semua harus berkomitmen terhadap perubahan iklim. Dan inilah alasan mengapa kami menjalin kemitraan dengan Indonesia dan Asia Tenggara," kata Seam.
Seam melanjutkan, bahwa kendaraan utama dalam kemitraan tersebut adalah Kemitraan Transisi Energi yang Berkeadilan (Just Energy Transition Partnership/JETP). JETP, program pendanaan sebesar 20 miliar dolar AS (sekitar Rp300 triliun) yang diluncurkan dalam KTT G20 Bali, merupakan komitmen dari International Partners Group (IPG) yang terdiri dari anggota kelompok G7, Norwegia, dan Denmark untuk Indonesia.
Sedangkan negara kelompok anggota G7 tersebut terdiri dari Amerika Serikat, Italia, Inggris, Prancis, Jepang, Kanada, dan Jerman.
Baca juga: Uni Eropa akan Selidiki Subsidi Mobil Listrik Tiongkok
Untuk memperkuat komitmen Uni Eropa dalam mendukung kemitraan tersebut, Bank Investasi Eropa (European Investment Bank/EIB) mengumumkan bahwa mereka akan memberikan dukungan finansial dan teknis untuk pembangunan transportasi berkelanjutan.
Dukungan finansial dan teknis tersebut adalah bentuk dukungan Uni Eropa terhadap transportasi berkelanjutan dan transisi energi untuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Grup EIB untuk Asia Tenggara dan Pasifik Sunita Lukkhoo menyampaikan bahwa EIB bukanlah bank komersial, melainkan bank yang digerakkan oleh kebijakan Uni Eropa.
Namun, menurut Lukkhoo, sebelum semua kebijakan tersebut ada, Uni Eropa dan Indonesia memiliki tujuan dan nilai bersama yang sama. "Tindakan kami adalah mendukung proyek, Proyek Hijau, segala sesuatu yang bermanfaat, berkelanjutan, dan ramah lingkungan," tegas Lukkhoo. (Z-6)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved