Headline

Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.

Fokus

Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.

Antakya, yang Hancur Akibat Gempa Turki, Bersiap Gelar Pemungutan Suara

Ferdian Ananda Majni
14/5/2023 09:25
Antakya, yang Hancur Akibat Gempa Turki, Bersiap Gelar Pemungutan Suara
Dua guru mempersiapkan kotak suara dan bilik suara di sebuah sekolah di Antakya, Turki, menjelang Pemilu pada Minggu (14/5).(AFP/Can EROK)

KELUARGA Sims telah menghabiskan waktu berbulan-bulan berkerumun di tenda-tenda di samping rumah mereka, yang hancur akibat gempa dahsyat di Turki.

Pilihan mereka pada Pemilu, Minggu (14/5), bisa menjadi penentu masa depan Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Di tengah reruntuhan kota kuno Antakya, tempat lahirnya peradaban yang dikelilingi gunung di perbatasan Turki dengan Suriah, kakek Suphi Simsek, menantunya Dilber, dan cucunya Ozlem, berniat memberikan suara mereka.

Baca juga: Dua Kandidat Presiden Turki Akhiri Kampanye Jelang Pemilu

"Memberikan suara di tengah-tengah reruntuhan bukanlah pengalaman yang menyenangkan, tetapi kami ingin pemerintah berubah," kata Dilber, lengan bajunya digulung sambil menggosok panci masak.

"Lihatlah, sudah tiga bulan dan tidak ada yang berubah! Mereka ingin membuat kami membayar pajak untuk bangunan kami, di mana kami tidak bisa tinggal lagi,” serunya kepada AFP.

Ibu berusia 48 tahun itu mengisyaratkan ia akan mendukung Kemal Kilicdaroglu, pemimpin oposisi sekuler yang siap mematahkan cengkeraman kekuasaan Erdogan yang telah berlangsung selama 21 tahun dalam pemungutan suara.

Baca juga: Swedia Minta Izin Turki untuk Gabung NATO

Kerusakan yang ditimbulkan gempa berkekuatan 7,8 SR yang melanda Turki tenggara pada 6 Februari lalu membuat sebagian besar wilayah Antakya tidak dapat dikenali lagi.

Deretan bangunan bobrok, yang telah lama ditinggalkan penghuninya hancur, membuat Antakya tampak seperti kota hantu.

Ratusan bangunan lainnya telah rata dengan tanah dan hanya menyisakan puing-puing plastik yang hancur, potongan-potongan besi yang bengkok, dan lempengan beton yang aneh.

Lebih dari 50.000 korban gempa bumi telah diidentifikasi di Turki, namun angka sebenarnya diyakini lebih tinggi, sementara sekitar 3 juta orang mengungsi.

Pihak berwenang harus berimprovisasi untuk menyelenggarakan pemilu. Baik Erdogan maupun pesaingnya tidak mengadakan rapat umum kampanye resmi di Provinsi Hatay, Antakya, setelah gempa.

Sekitar 167 kontainer telah diangkut ke Antakya dan beberapa daerah pinggiran kota dalam beberapa hari terakhir untuk menyediakan bilik suara bagi puluhan ribu pemilih, dengan banyak sekolah yang biasanya digunakan sebagai pusat pemungutan suara rusak atau hancur.

Bus-bus berdatangan ke Antakya untuk mengangkut para pengungsi yang ingin ikut serta dalam pemilu, dengan lebih dari 1 juta pemilih yang terdaftar di Provinsi Hatay.

Poster-poster bergambar wajah Kilicdaroglu telah digantung di halte-halte bus dan di dekat bundaran. Namun tidak ada satu pun potret Erdogan yang terlihat.

Erdogan memenangkan kemenangan pada putaran pertama dalam pemilihan presiden terakhir pada 2018, namun hanya meraih 48,5% suara di Hatay, empat poin di bawah rata-rata nasional.

Pemerintah mendapat banyak kritikan pedas atas respon terhadap bencana tersebut dan janji presiden untuk segera membangun kembali 200.000 rumah di Hatay terasa hampa bagi Ozlem Simsek.

"Turki telah menerima banyak sekali sumbangan dari luar negeri, jadi mengapa saya harus berhutang untuk rumah baru saya?" ujar pria berusia 27 tahun ini sambil mengisap sebatang rokok.

Mehmet, seorang pria berusia 30-an yang tinggal bersama istrinya di sebuah tenda di dekat keluarga Simsek, berpikir komitmen Erdogan untuk membangun rumah merupakan bagian dari strategi untuk menangkis kesalahan atas kegagalan awal pemerintahannya. (AFP/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya