Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
FBI, Jumat (10/2), kembali menemukan dokumen rahasia di kediaman mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence, dua pekan setelah politisi Partai Republik itu mengakui ada sejumlah kecil dokumen negara di rumahnya.
Juru bicara Pence, Devin O'Malley, dalam pernyataan kepada media massa, mengatakan FBI menemukan dokumen itu setelah melakukan pencarian secara menyeluruh dan bebas selama lima jam atas izin Pence.
"Mereka menemukan satu dokumen yang bertuliskan rahasia dan enam dokumen lainnya," ungkap O'Malley.
Baca juga: AS sebut China Terbangkan Balon Mata-mata ke 40 Negara di 5 Benua
Pencarian itu dilakukan FBI setelah Pence, yang mempertimbangkan untuk mencalonkan diri sebagai Presiden AS pada 2024, bulan lalu, melaporkan bahwa seorang ajudannya menemukan dokumen rahasia, yang diduga terbawa saat dia meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021.
Penemuan itu terjadi setelah FBI melakukan pemeriksaan di kediaman Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden AS Donald Trump dan menemukan sejumlah dokumen rahasia.
Mantan pejabat AS berkewajiban menyerahkan semua dokumen resmi saat mereka menjabat kepada Arsip Nasional.
Skandal terkait dokumen rahasia itu berawal ketika agen FBI merazia kediaman Trump, Mar'a-Lago di Florida, Agustus lalu, dan menemukan sejumlah besar dokumen rahasia setelah pengusaha real estat itu mengaku tidak ada dokumen rahasia di kediamannya.
Razia itu digelar FBI setelah Trump mengabaikan permintaan Arsip Nasional untuk mengembalikan dokumen-dokumen yang dibawanya dari Gedung Putih.
Trump tengah diselidiki oleh jaksa Departemen Kehakiman karena secara ilegal mengambil dan menyimpan dokumen rahasia serta menghalangi upaya FBI untuk menyita dokumen-dokumen itu. (AFP/OL-1)
PENGACARA Setya Novanto (Setnov), Maqdir Ismail membeberkan bukti baru yang meringankan hukuman menjadi 12,5 tahun penjara, dari sebelumnya 15 tahun yakni keterarangan FBI
Direktur FBI Kash Patel menegaskan perlindungan dalam negeri sebagai prioritas utama pasca serangan AS ke Iran.
Terkait potensi ancaman dalam negeri, Listyo belum bisa menyimpulkan. Menurutnya, hal itu bisa dipastikan setelah berkoordinasi dengan pemerintah Arab Saudi perihal surel ancaman bom itu.
Koordinasi juga membahas mengenai wilayah hukum untuk penanganan kasus tersebut.
Tersangka penembakan, Vance Boelter 57, saat ini masih dalam pelarian dan menjadi buruan utama aparat penegak hukum.
Keluarga di Georgia berpeluang melanjutkan gugatan terhadap FBI, setelah rumah mereka secara keliru digerebek delapan tahun lalu.
MANTAN Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence mengumumkan dirinya tidak akan mendukung mantan bosnya Donald Trump, presiden yang menjabat selama empat tahun, dalam pemilu mendatang.
Pence tidak pernah mendapatkan momentum dalam persaingan yang didominasi oleh mantaran Presiden AS Donald Trump.
Pence menyebut sikap Trump yang berusaha menggagalkan Pemilu AS sebelumnya membuat dia tidak layak menjadi kandidat presiden pilihan Partai Republik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved